Rabu, 22 April 2009

ATURAN NOMOR REGISTRASI DAN BETS

CARA PENOMORAN NO.REGISTRASI

PENGERTIAN NO. REGISTRASI
(PERMENKES RI NO. 920/MENKES/PER/X/1995,
TENTANG PENDAFTARAN OBAT JADI IMPOR)
1  2  3  4  5  6  7  8  9  1o  11  12  13  14  15

Keterangan :
Kotak no 1 membedakan nama obat jadi
 D : Nama Dagang
 G : Nama Generik
Kotak No 2 menggolongkan golongan obat
 N : Golongan obat narkotik
 P : Golongan obat Psikotropika
 T : Golongan obat Bebas terbatas
 B : Golongan obat bebas
 K : Golongan obat keras

3. Kotak nomor 3 membedakan jenis produksi 
 I : Obat jadi Impor 
 E : Obat jadi untuk keperluan ekspor 
 L : Obat jadi produksi dalam negeri/lokal 
 X : Obat jadi untuk keperluan khusus 
4. Kotak nomor 4 dan 5 membedakan priode pendaftaran obat jadi 
 72 : Obat jadi yang telah di setujui pendaftarannya pada priode 1972-1974, dan seterusnya.
5. Kotak nomor 6,7 dan 8 menujukkan nomor urut pabrik.
6. Kotak no 9,10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-masing pabrik.
7. Kotak no 12 dan 13 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi. Macam sediaan yang ada yaitu :
 12 : Tablet isap 
 37 : Sirup 
 24 : bedak/talk
 62 : Inhalasi 
 33 : Suspensi 
 30 : Salep 
 29 : krim 
 10 : Tablet
 01 : Kapsul 
 46 : Collyria 
 36 : Drops
 
8. Kotak nomor 14 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi 
 A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui 
 B : Menunjukkan kekuatan obat yang kedua di setujui 
 C : Menunjukkan kekuatan obat yang ketiga di setujui 
9. Kotak nomor 15 menunjukkan kemasan yang berbeda untuk tiap nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi.
 “1” : Menunjukkan kemasan yang pertama 
 “2” : Menunjukkan beda kemasan yang pertama 
 “3” : Menunjukkan beda kemasan.


Cara penomoran bets 

Produksi Ruahan
Digit 1 : Untuk produk (tahun)
  1990 = 0
  1991 = 1
Digit 2 & 3 : Kode produk dari produk ruahan
  01 : Kloramfenikol salep mata
  02 : Sulfacetamid salep mata
Digit 4,5 & 6 : Urutan produk
  001, 002, ….. 999 dan kembali ke 001
  misalnya 302025
Produk jadi 
2-6 digit pada produk ruahan ditabah di depan
Digit 1 : Untuk tahun pengemasan
  1990 = A
  1991 = B
Contoh : D 02302025










 






TUGAS PENDAHULUAN DISKUSI INJEKSI

  1. Defenisi injeksi....(6 pustaka)
  2. injection routes of administration  (2 pustaka)
  3. Advantages and disadvantages of parenteral administration...(3 pustaka)
  4. Types of preparation sterile dosage form....(1pustaka)
  5. Characteristic of parenteral injection/sterile dosage form....(3 pustaka)
  6. Composition of parenteral injection.....(3 pustaka)
  7. Vehicles and containers for parenteral administration...(2 pustaka)
  8. Defenition of small volume parenteral....(2 pustaka)
  9. Defenition of vials and ampuls....(2 pustaka)
  10. Hal2 yang perlu diperhatikan untuk sediaan dalam wadah vial (multiple dose)...combined all references
  11. Komposisi wadah vial , cara pengisian dan penutupan wadah
  12. Hal2 yang perlu diperhatikan untuk sediaan dalam wadah ampul...idem
  13. Cara pengisian dan penyegelan ampul 92)
  14. Macam2 perhitungan tonisitas (2)
  15. Quality assurances and control for parenteral injection.....(2) 

Syarat: Lampirkan pustaka

Kamis, 16 April 2009

me and my mom

me and my mom


infus

INFUS
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba. 
( Lachman, hal 1254 ).
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain. 
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.
Persyaratan
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan; terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan adalah:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) isotonis
e) isohidris
f) bebas bahan melayang
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan
Pembahasan:
Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besa. Jika ditambahkan pengawet maka jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis




INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT
Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang merupakan larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200 mg/menit.
Farmakologi :
Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi susunan saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah aktivator yang penting pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan koagulasi darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino, absorbsi vitamin B12 dan sekresi asam lambung.
Farmakokinetik :
Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi, kalsium darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai 2 jam, terdistribusi cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.
INFUS IV DEKSTRAN
Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh masih dapat menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan pengganti darah untuk mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut dibutuhkan juga pada syok perdarahan, akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut atau muntah yang berkepanjangan. 
Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki waktu tinggal yang lebih panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami difusi, juga airnya terikat secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti plasma adalah berat molekulnya diatas 20.000. Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan larutan NaCl fisiologis atau dengan larutan elektrolit, namun jumlah cairan yang dimasukkan tersebut hanya sebentar berada dalam peredaran darah, untuk kemudian segera dieliminasi keluar tubuh melalui ginjal
INFUS IV ELEKTROLIT UNTUK DEHIDRASI
Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma yang menyimpang, yaitu :
1. Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
2. Alkalosis
Kondisi plasma yang terlampau basa akibat ion Na, K, Ca dalam jumlah berlebih
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi, kekurangan HCO3 disebut asidosis, metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia. (Formulasi Steril, Stefanus Lukas, hal. 62)
Dehidrasi adalah hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan dengan hilangnnya air. Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotic cairan tubuh akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan cukup (Dorlan ed. 26, hal. 498)
Pada pasien yang tidak sadar atau mengalami gangguan keseimbangan elektrolit akut, sehingga harus segera diberikan ion-ion Ca2+, Na+, K+, Ce- dan HCO3-, dan sebagai sumber kalori dimana pengganti cairan dan kalori dibutuhkan, karena ion-ion tersebut dibutuhkan oleh tubuh untuk memnuhi kebutuhan elektrolit tubuh pada ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel baik plasma darah maupun cairan intrsel mengandung ion natrium dan klorida dalam jumlah yang besar, ion bilarbonat dalam jumlah yang agak besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion kalium, magnesium phospat, sulfat, dan asam organic.disamping itu plasma mengandung protein dalam jumlah yang besar, sedangkan cairan intrasel hanya mengandung protein dalm jumlah protein yang leih kecil.
Cairan intasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida serta hampir tidak mengandung ion kalsium, tetapi ia mengandung ion kalium dan phospat dalam jumlah besar serta ion magnesium dan sulfat dalam jumlah cukup besar, semuanya hanya ada dalam konsentrasi yang kecil dalam cairan ekstrasel.
Bahan-bahan yang digunakan (NaCl, KCl, NaHCO3, CaCl2) mudah larut dalam air, sehingga dapat digunakan air sebagai pembawanya. Air yang digunakan harus bebas pirogen. Pirogen merupakan produk metabolisme m.o (umumnya bakteri, kapang dan virus). Secara kimiawi, pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa yang biasanya merupakan polisakarida, tapi bisa juga peptide. 
Pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan dengan absorbsi menggunakan absorban pilihan. (Lachman, hal. 1295-1296). Ion-ion ini diberikan dalam bentuk injeksi iv karena diharapkan dapat segera memberikan efek. 
INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%
Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya digunakan 5 %. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis, dimana glukosa disini bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini ditambahkan norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.
INFUS IV MENGANDUNG Na, Ca, K
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus dengan elektrolit lain.
Equvalent elektrolit (Steril Dosage Form, hal 250) :
Na+ = 135 mEq
K+ = 5 mEq
Ca+ = 5 mEq
Mg+ = 2 mEq
Kesetaraan ekuivalen elektrolit (Martindale) :
1g NaCl ~ 17,1 mEq Na+ E1 = 1,00
1g KCl ~ 13,4 mEq K+ E1 = 0,76
1g CaCl ~ 13,6 mEq Ca+ E1 = 0,51
1g MgCl ~ 9,8 mEq Mg+ E1 = 0,45
INFUS IV NaCl
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan perbedaan potensial ( listrik ) yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf.
Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual, muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, kemudian juga kejang otot lengan dan perut.
Selain pada defisiensi Na, natrium juga digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan garam fisiologis ) dan dalam infus dengan elektrolit lain.


INFUS IV PENGGANTI CAIRAN TUBUH
Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh. 
Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cairan Intraseluler, cairan ini mengandung sejumlah ion Na dan klorida serta hampir tidak mengandung ion kalsium, tetapi cairan ini mengandung ion kalium dan fosfat dalam jumlah besar serta ion Magnesium dan Sulfat dalam jumlah cukup besar.
2. Cairan Ekstraseluler, cairan ini mengandung ion Natrium dan Klorida dalam jumlah besar, ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion Kalium, Kalsium, Magnesium, Posfat, Sulfat,dan asam-asam organik (Guyton hal 309).
Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama dengan jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan / pengurangan jumlah yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat. 
Ini menekankan pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk dalam bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dibuatlah sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu infuse Ringers. 
Injeksi Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh (Ansel hal 408).



INFUS IV PROTEIN UNTUK DBD
Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat melalui saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan bedah pada penderita kurang gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan saluran cerna berat. Nutrisi parenteral total memerlukan larutan yang mengandung asam amino; glukosa; lemak; elektrolit; dan vitamin.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya diberikan lebih dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila mungkin diperlukan insulin. Glukosa dengan ragam kekuatan 10 – 50 % harus di infus melalui kateter vena central. Untuk menghindari trombosis (gumpalan darah yang terbentuk pembuluh darah). 
Jumlah volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat sebagai nutrisi, penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang umumnya diberikan lewat jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan diteteskan terus menerus. Tetesan atau kecepatan mengalir dapat diatur oleh dokter atau perawat sesuai dengan kebutuhan pasien. Umumnya 2-3 mL permenit. 
Untuk Infus, intravena jarum/kateter biasanya ditusukkan divena yang menonjol di lengan atau kaki dan diikat erat di tempat tersebut sehingga tidak akan bergeser dari tempat selama diinfus. Bahaya utama infus intravena ialah kemungkinan terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan jarum pada dinding vena. 
Trombus akan lebih mungkin terjadi bila larutan infus bersifat mengiritasi jaringan tubuh. Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam pembuluh darah (atau jantung) yang umumnya disebabkan oleh melambatnya aliran atau perubahan darah atau pembuluh darah. Bila gumpalan darah itu beredar maka gumpalan tersebut menjadi embolus, dibawa oleh aliran darah sampai tersangkut di pembuluh darah, menghalangi dan mengakibatkan hambatan atau sumbatan yang disebut emboli. Suatu hambatan dapat sangat berbahaya tergantung pada tempat dan keparahan hambatan tersebut. Obat-obat yang diberikan lewat intravena biasanya harus berupa larutan air, bercampur dengan darah dan tidak mengendap. Keadaan tertentu dapat menimbulkan terjadinya trombus dan kemudian menghalangi aliran darah. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat, Howard C Ansel, hal 402) 
Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue tipe I-IV, disertai demam 5-7 hari gejala-gejala perdarahan, dan bila timbul syok: angka kematian cukup tinggi.
Gejala dan tanda :
1. panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas 
2. perdarahan spontan (petekie, ekimosa, epistaksis , derajat hematemesis, melena, perdarahan gusi, uterus, telinga, dll) 
3. ada gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120/menit), tekanan nadi sempit (<>
4. nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung > 140/menit, acral dingin, berkeringat, kulit biru
Gejala Lain :
1. Hati membesar, nyeri spontan dan pada perabaan 
2. Asites 
3. Cairan dalam rongga pleura (kanan) 
4. Ensepalopati: kejang, gelisah, sopor, koma 
Prinsip penatalaksanaan :
1. Memperbaiki keadaan umum 
2. Mencegah keadaan yang lebih parah 
3. Memperbaiki syok dan perdarahan (pen: rehidrasi sampai hari ke 7, namun hati-hati pada hari ke 6 dapat terjadi arus balik cairan intersitiel ke pembuluh darah)

INFUS IV UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ASAM TUBUH
Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat menstabilkan jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal, sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis dekstrosa yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina karena biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu diinfus). 
Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein.
Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan dapat memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada tubuh.
Batas konsentrasi normal elektrolit dalam plasma (Steril Dosage Form, hal 251-252) : 
Na+ = 135-145 mEq/L
K+ = 3,5-5 mEq/L
Ca2+ = 5 mEq/L
Mg2+ = 2 mEq/L
INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI
Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di dalam tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut akan digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, yakni sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). 
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena terjadi pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan tubuh terdiri dari anion dan kation antara lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.
Dehidrasi terdiri dari :
a. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.
b. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan dengan hilangnya air.
c. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.
d. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan cukup.
INFUS MENGANDUNG KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam makanan terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel, jaringan dan organ tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka sumber energi utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung karbohdrat.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa yang penting didalam tubuh sebagai sumber energi.
INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan konsentrasi bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial dibawah 7,1-7,2 dan konsentrasi bikarbonat plasma, 
Farmakologi
Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion bikarbonat. Bikarbonat merupakan komponen basa konjugasi dari buffer ekstraseluler utama yang ada di tubuh,yaitu buffer bikarbonat-asam karbonat. Pada kondisi normal buffer ini menjaga pH plasma yaitu 7,37-7,42. Namun bila terjadi gangguan pada system buffer ini maka pH plasma dapat naik ataupun turun. pH plasma yang dibawah normal mengindikasikan terjadinya asidosis metabolic. Pemberian Na.bikarbonat akan menigkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan meningkatkan pH plasma sehingga pH plasma normal kembali (DI 2003 hal 2472-2473).
INFUS PROTEIN
Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida) yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari unit monomer atau bahan pembangun. 
Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak dapat disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin, histidin, isoleusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.
2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam tubuh. Contoh: Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glutamin, glisin, prolin, hidroksiprolin, serin, dan tirosin.
Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan stimulan hormon pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi glukosa darah. Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang berkualitas.(DI hal 1341)
INFUS IV DEKSTROSA
Farmakologi (DI, hal 1427)
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.
LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 )
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )




INFUS PENDERITA DIARE BERAT
(LOCKE RINGER)
Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat
Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas
Pembahasan : hipertonis (harap diperhatikan laju tetesan per menit)
INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ALKALOSIS
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut)
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bia kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama alkalosis metabolik :
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).


Gejala :
1. Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan kejang otot, atau tanpa gejala sama sekali.
2. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
3. Diagnosa dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
Pengobatan :
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium)
INFUS LARUTAN IRIGASI GLISIN
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besr. Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan.
Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme 
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara aseptis.
INFUS IV YG MGD NUTRISI
Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yg memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami proses metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yg dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja tubuh.
INFUS IV RINGER LAKTAT
Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0% menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan modifikasi jg mengandung NaHCO3 maka larutan dapat disterilakan dengan panas yang stabil. Pengautoklafan larutan natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyai penyaringan kuman.
Pembahasan : larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per menit. Laju tetesan maksimal 5 ml per menit
INFUS IV AMMONIUM KLORIDA
(PENDAHULUANNYA SAMA DENGAN ALKALOSIS METABOLIK)
Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk pengobatan gangguan metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang hilang dalam tubuh.
INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.

PREFORMULASI INFUS
Dekstrosa (glukosa)
(FI IV hal. 300, Martindale 28 hal. 50, DI hal. 1427, Excipient hal. 154)
Bobot molekul : D glukosa monohidrat 198,17
Rumus molekul : C6H12O16.H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam alkohol
E NaCl : 0,16 ( Sprowls hal: 187)
L : 1,9
Konsentrasi : 2,5-11,5% untuk IV (DI 2003 hal 2505). 0,5-0,8 g/kg/jam (DI hal 1427-1429). Untuk hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)
Khasiat : Sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
Osmolaritas : 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan serum
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi dalam larutan 
OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin Na,Eritromisin, Vit B komplek 
( martindale 28 hal: 21)
Sterilisasi : autoklaf
PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)
Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada tempat pemberian (lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk infus dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk edema, hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia. 
Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral hemorage
Titik lebur : 83OC 
NaCl (Natrium klorida)
(FI IV hal. 584, Martindale 28 hal. 635, Excipient hal. 440)
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl. 
2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi (Martindale 28 hal: 635)
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 ( Excipient hal 672)
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1 (Sprowls hal 189)
Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9% (Excipient hal 440). Injeksi IV 3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma = 135-145 mEq/L ( steril dosage form hal 251 )
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang sering terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi, berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma dan kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh.
Aqua Pro Injeksi 
(FI IV hal 112, FI III hal 97)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau 
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan 
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan
Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan
H2O2 (Hidrogen peroksida) 
(FI IV hal. 438, Martindale 28 hal. 1232)
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bereaksi asam terhadap lakmus, terurai secara perlahan dan dipengaruhi oleh cahaya
Konsentrasi : 0,1%
Stabilitas : stabil dengan penambahan pengawet 0,05%
OTT : zat pereduksi dan zat pengoksidasi
Kegunaan : Untuk membebaskan aqua pro injeksi dari pirogen atau depirogenisasi.
Alasan pemilihan : Untuk membantu pembebasan sediaan dari pirogen.
Norit 
(FI IV hal. 1169, Martindale hal. 79)
Pemerian : Serbuk hitam tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa
Stabilitas : stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara 
Kegunaan : Untuk kelebihan H2O2 dalam sediaan
Konsentrasi : 0,1-0,3%
Alasan pemilihan : Norit inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif.

Kalsium glukonat
(FI IV hal. 161)
Pemerian : Hablur, granul atau serbuk putih; tidak berbau; tidak berasa. Stabil di udara 
Kelarutan : Agak sukar (dan lambat) larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih, tidak larut dalam etanol. Larutan bersifat netral terhadap lakmus
Stabilitas : Injeksi kalsium OTT dengan larutan infus IV yang terdiri dari bermacam-macam obat (DI hal. 1399)
Khasiat : Untuk pengobatan hipokalsemia tetani 
(DI hal. 1399)
Dosis : Kebutuhan tubuh 4,5-5,5 mEq kalsium per hari.
1 g Ca. Glukonat monohidrat ~ 4,5 mEq calcium
( Martindale 28 hal.623)
pH : 6-8,2 (DI hal.1399)
OTT : Oxidating agent, sitrat, phospat, dan sulfat
(Martindale 28 hal. 622)
E NaCl : 0,18 (FI IV Hal. 1246)
Efek Samping : Mual, muntah, vasodilatasi perifer, berkeringat, hipotensi, hiperkalsemia, konstipasi
(Martindale 28 hal.62)
Kontraindikasi : Perhatian serius pada ketidakseimbangan fungsi renal (Martindale 28 hal.620)
Sterilisasi : Autoklaf ( Martindale 28 hal 622)
Dextran 70 
(DI 2003 hal. 2489; Martindale hal. 955; FI IV hal. 296 )
Pemerian : Serbuk amorf, warna putih sampai putih kekuningan; tidak berbau dan tidak berasa; higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air panas; larut secara bertahap dalam air; praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter.
Dosis : Total dosis dari 6% larutan yang ditujukan untuk dewasa dan anak selama 24 jam pertama tidak lebih dari 1,2 g/kg (20 mL/kg); bila terapi berlanjut lebih dari 24 jam, dosis tidak lebih dari 0,6 g/kg (10 mL/kg) dalam sehari. Untuk dewasa, dosis yang biasa diberikan 30 g (500 mL). Pada situasi emergensi, dextran 70 dapat diberikan pada dewasa dengan kecepatan 1,2-2,4 g (20-40 mL) per menit. Pada pasien normovolemik, kecepatan infus tidak lebih dari 0,24 g (4 mL) per menit. (DI 2003 hal 2489)
Rute pemberian : intravena
pH : 3-7
Stabilitas : Larutan dextran jika disimpan dalam jangka waktu yang lama atau pada temperatur yang bervariasi, maka akan terbentuk kristal dextran pada larutan. Kristal tersebut dapat larut kembali dengan pemanasan pada WB suhu 1000C atau dengan autoklaf pada 1100C selama 15 menit. Larutan dextran harus disimpan pada temperatur konstan yaitu 250C.
Kegunaan : Cairan pengganti darah dan penambah volume plasma untuk mengatasi syok ketika produksi darah lengkap manusia tidak mencukupi, dan pada kondisi syok hipovolemik.
OTT : Mungkin timbul dari pH asam selama preparasi dextran 70.
Sterilisasi : sterilisasi akhir (autoklaf pada suhu 1150-1160 selama 30 menit.
Farmakologi : Dextran 70 menyerupai sediaan steril albumin serum.
CaCl2 
(DI 88 hal. 1398; FI IV hal. 160, Martindale 28 hal. 621)
Pemerian : Granul atau serpihan, putih, keras, tidak berbau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam etanol mendidih, sangat mudah larut dalam air panas.
pH : 4,5 – 9,2 (5% larutan air)
OTT : karbonat, fosfat, sulfat, tartrat, sefalotin sodium, CTM dengan tetrasiklin membentuk kompleks
Stabilitas : Injeksi kalsium dilaporkan inkompatibel dengan larutan IV yang mengandung banyak zat aktif.
Kegunaan : Untuk mempertahankan elektrolit tubuh, untuk hipokalemia, sebagai elektrolit yang esensial bagi tubuh untuk mencegah kekurangan ion kalsium yang menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
Sterilisasi : autoklaf
Kesetaraan equivalent elektroit :
1 g CaCl2 ≈13,6 mEq Ca++
Ekuivalensi : 0,51 ( Sprowls hal 187)
Farmakologi : penting untuk fungsi integritas dari saraf musular, sistem skeletal, membran sel dan permeabilitas kapiler ( DI hal 1398)
KCl 
(DI 88 hal. 1410; Excipient hal 385, FI IV hal. 477)
Pemerian : Kristal atau serbuk kristal putih atau tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa atau berasa asin
.
Kelarutan : Larut dalam air, sangat mudah larut dalam air panas, praktis tidak larut dalam eter, etanol dan alkohol.
pH : 4-8
konsentrasi : 2,5-11,5%
dosis : konsentrasi kalium pada rute iv tidak lebih dari 40 mEq/L dengan kecepatan 20 mEq/jam ( untuk hipokalemia). Untuk mempertahankan konsentrasi kalium pada plasma 4 mEq/L ( DI 2003 hal 1410). K+ dalam plasma = 3,5-5 mEq/L ( steril dosage form hal 251)
Stabilitas : Stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering.
Kegunaan : Biasa digunakan dalam sediaan parenteral sebagai senyawa pengisotonis.
OTT : Larutan KCl IV inkompatibel dengan protein hidrosilat, perak dan garam merkuri.
Sterilisasi : Dengan otoklaf atau filtrasi.
Kesetaraan equivalent elektrolit :
1 g KCl ≈ 13,4 mEq K+
Ekuivalen : 0,76 ( Sprowls hal 189)
Arginin HCl 
(Remington hal. 1690, DI 88 hal. 1314, Martindale 28 hal. 49)
Pemerian : Kristal putih atau serbuk kristal, praktis tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam air (1 g dalam 5 mL) , agak larut dalam alkohol Panas
Indikasi : Penanganan gejala dari encephalopathie parah yang berasosiasi dengan amoniakal azotemia dapat meningkatkan keadaan klinis dari pasien. Arginin digunakan sebagai suplemen nutrisi dalam kondisi dimana karakter dibasic amino atau dapat mengurangi kadar amonia dalam darah (pada pasien Hiperammonia). Arginin sebagai prekursor seharusnya digunakan hati-hati.
Kontraindikasi : Arginin harus diberikan hati-hati pada pasien dengan gangguan elektrolit karena dapat mendorong kearah pengembangan hyperchloraemic acidosis. Tidak boleh diberikan pada penderita ginjal atau anuria.
pH : dalam larutan 9,5 – 10 % pHnya 5-5,5
Dosis : 25 g atau 500mg/kg BB dalam 500-1000 ml ( Martindale hal 49 )
OTT : medroksi progesteron asetat, xylitol, aminofilin, sulfenil urea
Stabilitas : stabil dalm suhu kamar
Sterilisasi : filtrasi atau autoklaf
PH : 5 - 6,5
Ekivalen : 0,475 mEq
Penyimpanan : disimpan pada suhu kamar, hindari dari pemanasan dan pembekuan.
Na Bikarbonat
Pemerian ; Serbuk kristal putih, berbau lemah, berasa asin
Kelarutan ; 1 bagian larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut dalam alkohol dan eter 
pH ; tidak lebih dari 8,6 (larutan 5% dalam air)
OTT ; Asam, garam asam, dopamine HCL, Pentazosin laktat, garam alkaloid, bismuth salisilat.
Sterilisasi ; Otoklaf atau filtrasi
Khasiat ; Pengobatan asidosis metabolic akut
Dosis ; Untuk dewasa 2-5 mEq/kg selama 4-8 jam (DI 88 hal 1388)
E NaCl ; 0,65 (Sprowis hal 189)
Stabilitas ; Injeksi disimpan pada suhu dibawah 40°C, tapi lebih baik disimpan 15-30ºC dan harus terlindung dari pembekuan.
MgCl2 
(Martindale 28 hal. 625)
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau, kristal higroskopik dengan sedikit rasa pahit.
Kelarutan : 1 bag Larut dalam 1 bagian air; dalam 2 bagian etanol.
Dosis : Mg2+ dalam plasma = 2 mEq/L (Steril dossage Form hal 251)
PH : 4,8 – 7 (5 % dalam air).
Stabilitas : Jika dipanaskan 100 °C akan kehilangan 2 molekul dari kristalnya dan pada suhu 110 °C mulai kehilangan hidrogenklorida membentuk garam.
Sterilisasi : Dengan otoklaf atau filtrasi.
Kegunaan : Sebagai sumber ion magnesium, untuk aktivitas neuromuskuler sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein.
Kandungan : 9,8 mEq pergram (Martindale 28 hal 625)
Ekivalensi : 0,45 (Sprowls hal 188)
Vitamin C 
(FI IV hal. 39, DI 2003 hal. 2108, Martindale 35 hal. 1653, Excipient hal. 21)
Pemerian : Hablur, serbuk putih atau agak kuning
Kelarutan : Agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, eter dan benzen
Stabilitas : dalam bentuk serbuk asam askorbat relatif stabil di udara dan stabil terhadap pemanasan. Tidak stabil dalam larutan terutama larutan alkalis. Larutan asam askorbat stabil pada pH maksimum 6-6,5
pH : 5,5-7
Khasiat : Antioksidan dan untuk defisiensi vitamin C
Dosis : 100-250mg/hari (DI 2003 hal. 2108), 0,01-0,1% (Excipient hal. 21)
OTT : Dengan larutan alkalis, logam berat dan bahan pengoksidasi fenileferin HCl, pirilamin maleat, salisilamid, NaNO3, Na salisilat, teobromin salisilat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan tdak tembus cahaya
Ammonium Klorida 
(FI IV hal. 94, Martindale 28 hal. 686, DI 2003 hal. 1384)
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk halus atau kasar berwarna putih, rasa asin dan agak dingin, hidroskopik
Kelarutan : 1 g zat larut dalam 2,7 ml air, 1 g zat larut dalam 1,4 ml air hangat, 1 g zat larut dalam 100 ml alkohol, 1 g zat larut dalam 8 ml gliserol. 0,8% larutan isoosmotik dengan serum (Martindale 28 hal. 686) 
Khasiat : Untuk pengobatan alkalosis metabolik yang berat
Dosis : Untuk iv 500ml dari 2% larutan setiap 3 jam
OTT : dengan alkali karbonat dari alkali tanah dan garam perak
Stabilitas : amonium klorida untuk konsentrasi injeksi harus disimpan pada temperatur 40oC atau kurang dari 40oC. Hindari dari pembekuan. Konsentrasi larutan bisa mengkristal pada suhu rendah. Jika serbuk mengkristal, larutan injeksi harus dipanaskan di WB dengan temperatur kamar (DI 2003 hal. 1384)
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
pH : 4,6 – 6 (Martindale 28 hal. 686)
penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat 
Glisin 
(Martindale 28 hal. 1786, DI 2003 hal. 1477)
Pemerian : serbuk kristal, putih, tidak berbau, rasa agak manis, beraksi asam dengan lakmus 
Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat sukar larut dalam eter dan etanol. 5% larutan dalam air mempunyai pH 5,9 – 6,4
Khasiat : sebagai larutan irigasi, urogenital selama operasi terutama pada proses penanganan transuretral prostat.
Dosis : 15 mg /ml
Stabilitas : stabil jika disimpan dalam suhu kurang dari 40oC, tidak boleh lebih dari 60oC (DI 2003 hal. 1477)
pH : 4,5 – 6,5
penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
sterilisasi : filtrasi
Na Laktat
(DI 2003 hal. 2474)
Ekivalensi : 0,55 (Sprowls hal. 189)
Latar belakang :
- Na laktat sebagai zat aktif dimana zat aktif ini merupakan agen pengalkali yang digunakan sebagai sumber bikarbonat untuk pencegahan dan pengobatan asidosis metabolic ringan hingga sedang
- Tidak ditambah zat pengisotonis karena didapat larutan hipertonis dengan catatan laju tetesan tidak lebih dari 200ml per jam (DI 2003 hal. 2474) 

FORMULA INFUS
Infus iv glukosa NaCl (pengganti cairan tubuh, infus mengandung karbohidrat)
Glukosa 5%
NaCl q.s
Aqua p.i ad 500 ml
Perhitungan Tonisitas
Þ Perhitungan ekivalensi NaCl
E = 17 x L 
M
E = 17 x 1,9
198,17
E = 0,163
Tonisitas
Glukosa = 5 % x 0,0163 = 0.815 %
NaCl = a x 1 = a 
0,9 % (isotonis)
a = 0,085 %
Formula jadi
Glukosa 5 %
NaCl 0,085 %
Aqua p.i ad 500 ml
Dibuat 2 botol infus @ 500 ml, total volume infus 1000 ml
Glukosa = 5 % x 1000 = 50 g
NaCl = 0,085 % x 1000 = 0,85 g
Volume = 1000 ml + ( 10 % x 1000 )
= 1100 ml
Glukosa = 1100 x 50 g + 5 % x 1100 x 50 g 1000 1000
= 57,75 g
NaCl 
= 1100 x 0,85 g + 5 % x 1100 x 0,85 g 
1000 1000
= 0,98175 g
Norit = 0,1 % x 1100 = 1,1 g
H2O2 = 0,1 % x 1100 = 1,1 g 
Tiap 500 ml mengandung 
Glukosa 25 g
NaCl 0,425 g
Aqua p.i ad 500 ml
Infus Uiv ntuk penderita diare berat
Locke Ringer
Formula dasar (FI IV hal 1175)
NaCl 9,0 g
KCl 0,42 g
CaCl2 0,24 g
MgCl2 0,2 g
NaHCO3 0,5 g
Dekstrosa 0,5 g
Agua p.i ad. 1000ml
Formula jadi : ad. 500ml (ambil ½ nya)
Latar belakang :
- Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat
- Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2 
- Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas
Perhitungan tonisitas:
v = Σ (w x E) x 111,1
= [(4,5 x 1) + (0,21 x 0,76) + (0,12 x 0,51) + (0,50 x 0,16) + (0,25 x 0,65)] x 111,1
= 551,4226 mL
% tonisitas = 551,4226/500 x 0,9 = 0,993 %
Injeksi iv mengandung glukonat
formula 
Ca glukonat 5 meq /l ( steril DF hal 248) 
NaCl q.s
Aqua PI ad 500 ml 
Latarbelakang 
Ca glukonat untuk memenuhi kebutuhan Ca tubuh 
NaCl untuk membuat larutan isotonis 
Pembuatan : otoklaf 
Spesifik : 1 g Ca glukonat 4,5 mEq Ca ( DI 88 hal 1401)
Kebutuhan tubuh 4,5-5,5 mEq kalsium perhari
Dipilih dosis 4,5 mEq 
1 g Ca. glukonat (monohidrat) ~ 4,5 mEq kalsium
Dikonversi menjadi :
4,5 mEq x 1 g = 1 g
4,5 mEq
Maka, formula menjadi :
Ca glukonat 1 g
Aqua pro injeksi ad 1000 mL
Tonisitas
E NaCl = 0,18
Ca glukonat 1g → 1 g/100 mL = 0,1 %
0,1 % x 0,18 = 0,018 % (hipotonis)
Pengisotonis (NaCl) = 0,9 % – 0,018 % = 0,882 %
Maka, NaCl yang dibutuhkan:
0,882 % x 100 mL/ 1000 mL = 8,82 g
Maka, formula menjadi :
Ca glukonat 1 g
NaCl 8,82 g
Aqua pro injeksi ad 1000 mL
Perhitungan lihat di infus lain!!!!!
Injeksi iv glukosa 10%
Formula 
Glukosa 10%
NaCl q.s
Aqua p.i ad. 500ml
Latar belakang
- Glukosa sebagai zat aktif untuk menambah energy pada pasien yang kehilangan banyak cairan tubuh karena diare berat, hipoglikemik, dehidrasi
- Pembuatan : Sterilisasi akhir (otoklaf 121OC, 15 menit)
Tonisitas:
Lihat infus lain!!!
Perhitungan:
Lihat infus lain!!!!
Infus iv ammonium klorida
(Alkalosis metabolik)
Tiap 100 ml mengandung (Martindale hal 1085)
Ammonium klorida 1%
(pemilihannya tergantung kondisi pasien sesuaikan dengan pendahuluan)
Aqua pi ad 100 ml
Sterilisasi : otoklaf
Latar belakang: 
o Pada formula ini digunakan zat aktif tersebut karena pada penyakit alkalosis metabolik terjadi kelebihan basa. Oleh karena itu kelompok kami memilih zat aktif tersebut untuk mengembalikan suasana kelebihan basa menjadi netral, infus ini dapat juga untuk cairan pengganti elektrolit.
o Pada formula ini juga ditambahkan zat aktif ammonium klorida karena biasanya orang atau pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang parah penyakit alkalosisnya yang ditandai dengan spasme dan kontraksi otot yang berkepanjangan (kejang) dan pada kondisi yang sudah parah segera diberikan ammonium klorida untuk menetralkan keadaan darah yang kelebihan basa.
o Pada formula ini digunakan aqua pro injeksi sebagai pelarut.
o Pada formula ini dari perhitungan tonisitas ternyata infus yang kami buat ini hipertonis. Oleh karena itu perlu diperhatikan tetesan tiap menitnya agar infus menjadi isotonis. Perlu diingat bahwa infus yang isotonis tetesan per menitnya adalah 2 ml per menit. Maka pada pemakaiannya infus ini diusahakan tetesan per menitnya kurang dari 2 ml.
o Pada formula ini dibuat 1 botol 100 ml karena hanya untuk pengelolaan alkalosis metabolik 
o Pada formula ini infus diberikan secara intravena untuk segera dapat memberikan efek.
o Pada formula ini digunakan H2O2 untuk menghilangkan pirogen yang terdapat pada air untuk injeksi sedangkan norit digunakan untuk menghilangkan pirogen dari botol infus.
Perhitungan dan Penimbangan
Kesetaraan equivalent elektrolit
1 g NH4Cl ≈ 18,69 mEq Cl E3 = 1,12
NH4Cl : 2% x 100 ml = 2 g
Perhitungan tonisitas
V = [(W x E)] x 111,11
= [ (2 x 1,12)] x 111,11
= 248,8864 ml
% Tonisitas = Z ml / 100 ml x 0,9 %
= 248,8864 ml / 100 ml x 0,9 %
= 2,240 %
Kesimpulan :
Larutan infus ini hipertonis maka perlu diperhatikan tetesan per menitnya isotonis (0,9%) tetesan per menit = 2 ml / menit
Hipertonis (3,15%) maka tetesan permenitnya 
= 0,9%/2,240% x 2 ml = 0,8036 ml
INFUS IV RINGER LAKTAT (Na laktat)
Infus intravena Na laktat, misal 2 botol
Formula dasar (DI 2003 hal 2474)
Na laktat 50 mEq
Aqua pi ad 300 ml
Formula jadi 
(Sterilisasi akhir dengan otoklaf 121oC 15 menit)
Na laktat 83,33 mEq
Aqua pi ad 500 ml
Perhitungan
1 g Na laktat ~ 8,9 mEq Na laktat
(Martindale 28 hal 640)
83,3 mEq x 1 g = 9,36 g
8,9 mEq
E NaCl Na laktat = 0,55 (Sprowls hal 189)
V = (W x E) x 111,1
= (9,36 x 0,55) x 111,1 = 571,94 ml
% tonisitas = 571,94 ml x 0,9 % 
500 ml
= 1,029%(hipertonis)
Maka di etiket ditulis:
Larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per meit, laju tetesan maksimal 5 ml/ menit
Penimbangan:
V = (v x n) + 10 % (vx n )
= (2 x 500) + 10 % (2 x 500) 
= 1100 ml
Latar belakang
- Na laktat sebaga zat aktif dimana zat ini merupakan agen pengalkali yang digunakan sebagai sumber bikarbonat untuk pencegahan dan pengobatan asidosis metabolik ringan – seddang
- Tidak ditambah zat pengisotonis karena didapat larutan hipertonis dengan catatan laju tetesan tidak lebih dari 300 ml/jam (DI 2003 hal 2474)
- H2O2 untuk menghilangkan pirogen pada aqua pi karena injeksi vol. 10 ml harus bebas pirogen
- Norit untuk menghilangkan pirogen pada larutan obat
INFUS IVPROTEIN
Formula jadi 
Dosis : 5-10 % dalam air
Tiap botol mengandung (500 ml) :(Martindale P 49)
Arginin Hidroksida 5%
NaCl qs
Aqua p.i ad 100 ml
Alasan pemilihan formula: : takut hiperproteinemia
• Protein merupakan makromolekul, dimana monomernya adalah asam amino. Dipilih asam amino Arginin HCl karena merupakan salah satu asam amino essensial yang dibutuhkan oleh tubuh..
• Walaupun pada sediaan infus ini tidak mengandung pengawet, uji sterilisasinya dilakukan secara filtrasi karena volumenya yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk di inokulasi langsung.
Indikasi : pengobatan hyperammonaemia
Perhitungan Tonisitas
E arginin HCl = 17 L / M 
L = ptb molal
M= BM Arginin
E = 17 x ( 1,9/ 210,7)
= 0,15
Arginin untuk 1 L = 40g
Hitung tonisitas: lihat di infuse lain!!!!
Perhitungan, lihat di infuse lain!!!
INFUS MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ION / ELEKTROLIT / DEHIDRASI
Formula Dasar: berdasarkan buku Steril Dossage Form hal 253-254, dilihat dari kandungan atau konsentrasi ion-ion (elektrolit) yang normal pada plasma.
Tiap Liter mengandung :
NaCl 135-145 mEq
KCl 3,5-5,0 mEq
CaCl2 5 mEq
MgCl2 2 mEq
Sehingga di buat infus dengan formula yang dipilih:
NaCl 70 mEq
KCl 2 mEq
CaCl2 2,5 mEq
MgCl2 1 mEq
Dekstrosa qs (ad isotonis)
Aqua pi ad 500 ml
Penimbangan (setiap 1 L)
NaCl = 2 x 70 mEq x 1g = 8,187 g
17,1 mEq
KCl = 2 x 2 mEq x 1g = 0,2985 g
13,4 mEq
CaCl2 = 2 x 2,5 mEq x 1g = 0,367 g
13,6 mEq
MgCl2 = 2 x 1 mEq x 1g = 0,204 g
9,8 mEq
V = {( W1 x E1 )+( W2 x E2 )+( W3 x E3 )+( W4 x E4 )} x 111,11
1100 = {( 9,006 x 1,0 )+( 0,328 x 0,76 )+( 0,4037 x 0,51 )+( 0,224 x 0,45 )+ (0,18 x W5)} x 111,11
1100 = {( 9,006 + 0,2493 + 0,206 + 0,1008 ) + (0,18 x W5) } x 111,11
1100 = {9,5621 + (0,18 x W5) } x 111,11
1100 = 1062,445 + 19,9998 x W5
37,555 = 19,9998 x W5
W5 = 1,8777 g
W5 = Dekstrosa yang dibutuhkan agar infus isotonis (0,9%)
% isotonis setelah penambahan dekstrosa = 0,9 %
Kandungan dekstrosa setiap botol infus 
= 500/1100 x 1,8777 g = 0,8535 g ~ 0,854 g
INFUS iv DEKSTROSA NaCL
Rencana formula
Dekstrosa 5 %
NaCl q.s
Aqua p.i ad 500 ml
Perhitungan tonisitas:lihat tonisitas yang lain:
Latar Belakang Penetapan Formula
1. Dosis Dekstrosa untuk injeksi IV adalah 5% dan berfungsi sebagai penambah / pelengkap cairan tubuh.
2. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh.
3. Tidak digunakan pengawet karena berdasarkan literatur (DI 88 hal. 1427) karena sediaan infus yang dibuat merupakan tekanan tunggal sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasinya mikroba sangat kecil.
INFUS IV MENGANDUNG NUTRISI
Formula:
Glucosa 5%
Arginin HCl qs
Vitamin C qs
Aqua.p.i ad 500 ml
Hitung tonisisitas!!!
INJEKSI LARUTAN GLISIN
Formula Dasar (DI hal 2556)
Glisin 15mg/ml
Aqua pi ad 500 ml
Formula jadi
Glisin 15 mg/ml
NaCl qs
Aqua pi ad 500 ml
Infuse iv glisin ( asupan protein)
(yuki punya)
Glisin 1,5 % ( martin 28 hal 53)
Aqua pi ad 500 ml
Pembuatan : otoklaf 121 ®c 15
HITUNG TONISISTAS!!!

INFUS IV NaCL
Formula:
NaCl 0,9%
Aqua pi ad 500 ml
INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT
Formula jadi :
Dekstrosa 5 % ( DI p. 2505 )
NaCl qs
Aqua pi ad 500 ml
Perhitungan tonisitas
E dekstrosa = 5 % x 0,16 = 0,8 %
NaCl yang dibutuhkan = 0,9 % - 0,8 % = 0,1 %
g NaCl = 0,1 g /100ml x 500 ml = 0,5 g
Rute = iv
Sterilisasi = autoklaf 121 ºC, 15 menit
INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ASIDOSIS (Na bikarbonat)
Formula :
Na Bikarbonat 5 mEq/kg BB
Aqua pi ad 500 ml
Latar Belakang :
Na. Bikarbonat dipilih sebagai zat aktif dimana Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang menghasilkan ion bikarbonat untuk pengobatan asidosis metabolit akut.
H2O2 untuk menghilangkan pirogen pada aqua pi sehingga diperoleh aqua bebas pirogen karena injeksi yang dibuat dengan volume lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.
Norit digunakan untuk menghilangkan pirogen pada larutan obat karena injeksi yang bervolume besar harus bebas pirogen.
Perhitungan Dosis Infus Na bikarbonat
Dosis = 5 mEq / Kg BB (DI 2003 halaman 2472)
Sehingga dosis= 5 mEq 
----------- x 50 Kg = 250 mEq
1 kg
Dosis (mEq) Yang diperoleh kurang lebih memenuhi untuk dosis pengobatan asidosis metaolik akut , dimana pemberian Na.bikarbonat utnuk asidosis metabolic akut yang konsentrasi nya serum bikarbonat ≤ 8 mEq/ L (DI 2003 hal 2471)
- Rentang ion bikarbonat normal pada orang dewasa 26-30 mEq steril sossage Form Hal 248)
- Rumus dosis mEq Na bikarbonat ( DI 2003 hal 2472)
- MEq NaHCO3 = 0,3 x 50 kg x ( 26-8) mEq/L
= 270 mEq
Dosis 250 mE kurang lebih memenuhi dosis pengobatan asidosis metabolik akut yang tertera pada mertindale 28 hal 634 yang sampI DENGAN 4,2% ( 0,5 % mmol / ml) dimana:
1g Na. Bikarbonat setara dengan 12 mEq ion Na dan bikarbat (Handbook injectable hal 1165)
Bobot Na bikarbonat 
= 250 mEq
-------------- x 1 g = 20,83 g
12 mEq
Jadi dosis = 20,83 NHCO3/ 500 ml
= 4,167 g NaHCO3 / 100 ml
= 4,167 % NaHCO3
INFUS YANG MENGANDUNG NA, K, Ca, dekstrosa
Formula ( Formularium nasional edisi II 1978 hal 203 )
Tiap 500 ml mengandung :
NaCl 4,3 g
KCl 150 g
CaCl2 2,4 g
Aqua pi ad 500 ml
Rancangan formula
Tiap 500 ml mengandung :
NaCl 7,018 g
KCl 0,149 g
CaCl2 0,147 g
Dekstrosa 11,218 g
Aqua pi ad 500 ml
Latar belakang pemilihan formula
1. Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat infus yaitu larutan harus isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan parenteral sedangakan glukosa cair tidak cocok untuk sediaan parenteral.
2. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.
3. Kalium merupakan kation utama dalam cairan intraseluler dan lebih penting dalam mengatur keseimbangan asam basa, tonisitas dan elektrodinersitas. Untuk menggantikan kalium yang hilang digunakan KCl yang lebih mudah larut dalam air.
4. Kalsium merupakan kation yang penting sebagai aktivator dan berbagai macam reaksi enzimatis, dipakai dalam bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut dalam air.
5. Norit digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor yang mungkin ada.
6. H2O2 digunakan untuk membebaskan pirogen dalam sediaan infus karena syarat untuk sediaan infus harus bebas pirogen.
7. Natrium merupakan kation mayor dalam cairan ekstraseluler. Fungsinya adalah pengontrol distribusi air, cairan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik dari cairan tubuh. NaCl digunakan karena larut dalam air dan digunakan sebagai natrium yang hilang
Penimbangan
NaCl : 120 mEq x 1g = 7,018 g
17,1 mEq
KCl : 2 mEq x 1g = 0,149 g
13,4 mEq
CaCl2 : 2 mEq x 1g = 0,147 g
13,6 mEq 
Perhitungan isotonis
V = {( W1 x E1 ) + ( W2 x E2 ) + ( W3 x E3 )} x 111,1
= {(7,018 x 1) + (0,149 x 0,76) + (0,147 x 0,51)} x 111,1
= 800,57 ml
% Tonisitas = 800,57 ml x 0,9 %
1000 ml
= 0,72 %
Dekstrosa yang dibutuhkan agar infus isotonis :
V = 800,57 + ( 0,16 x W5 ) x 111,1
1000 = 800,57 – 17,7776 W5
199,43 = 17,7776 W5
W5 = 11,218 g
LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG
Rencara formula :
Formula I : NaCl fisiologis ( DI 2003 hal 2555 )
Formula II : Air steril pro injeksi (DI 2003 hal 2555 )
Formula III : Ringer ( DI 2003 hal 2556 ), isinya :
- NaCl 8,6 g
- KCl 0,3 g
- CaCl2 0,33 g 
- Air ad 1000 ml
Usulan formula :
NaCl 0,9 %
Aqua p.i ad 500 ml
Alasan pemilihan formula :
* Hanya menggunakan NaCl saja karena untuk mencuci lambung ( DI )
* Menggunakan aqua p.i karena menggunakan metode sterilisasi akhir 

EYE DROP

OBAT TETES MATA STERIL
(Buku pelajaran tehnologi farmasi,Voight hal 521-527) 
Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata.Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris 
Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan steril.
Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka faktor-faktor berikut hendaknya diperhatikan :
a. Steril atau miskin kuman
Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau tetap terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap) atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri.
b. Kejernihan (bebas atau miskin bahan melayang)
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat. Sebagai material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5.
c. Pengawetan
Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata luka atau untuk tujuan pembedahan, dan dapat dibuat sebagai obat bertakaran tunggal, maka obat tetes mata harus diawetkan. Pengawet yang sering digunakan adalah thiomersal (0.002%), garam fenil merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-0,01%), dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin (0,005-0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5-1%).
d. Tonisitas
Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril.
e. Pendaparan
Mirip seperti darah. Cairan mata menunjukan kapasitas dapar tertentu. Yang sedikit lebih rendah oleh karena system yang terdapat pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein amfoter dan fosfat primer – sekunder, juga dimilikinya kecuali system – hemoglobin – oksi hemoglobin. Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat meningkatkannya smapai harga pH 8 – 9. pada pemakain tetes biasa yang nyari tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan harga pH 7,3 – 9,7. daerah pH dari 5,5 – 11,4 masih dapat diterima. Tetes mata didapar atas dasar beberapa alasan yang sangat berbeda. Misalnya untuk memperbaiki daya tahan (penisilina), untuk mengoptimasikan kerja (misalnya oksitetrasiklin) atau untuk mencapai kelarutan yang memuaskan (misalnya kloromfenikol). Pengaturan larutan pada kondisi isohidri (pH = 7,4) adalah sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri yang sempurna, meskipun hal ini sangat sulit direalisasikan. Oleh karena kelarutan dan stabilitas bahan obat dan sebagian bahan pembantu juga kerja optimum disamping aspek fisiologis (tersatukan) turut berpengaruh. 
Aspek-aspek tersebut sangat jarang dalam kondisi optimal pada harga pH fisiologis. Harga pH yang tepat yang dimiliki larutan, merupakan harga kompromis antara faktor-faktor yang telah disebutkan tadi. Harga itu disebut sebagai harga euhidris misalnya garam alkaloida yang umumnya dipakai sebagai tetes mata memiliki stabilitas maksimal dalam daerah pH 2 – 4, yang jelas sangat tidak fisiologis. Hal yang sama terjadi pada anestetikal lokal untuk terapi mata (stabilitas maksimumnya pada harga pH 2,3 -5,4). Yang terakhir ini dengan menaiknya harga ph juga menunjukan peningkatan efektifitas atas dasar membaiknya penettrasi pada kornea. Dengan mempertimbangkan keseimbangan fisiologisnya, larutan ini dieuhidritkan sampai pada harga pH 5, 5 – 6,5.
Penyeimbangan pH pada umumnya dilakukan dengan larutan dapar isotonis. Larutan dapar berikut digunakan secara internasional: 
- Dapar natrium asetat – asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah asam.
- Dapar fospat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis.
Jika harga pH yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada diluar daerah yang dapat diterima secara fisiologis, diwajibkan untuk menambahkan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui penambahan asam atau basa. Larutan yang dibuat seperti itu praktis tidak menunjukan kapasitas dapar sehingga oleh cairan air mata lebih mudah diseimbangkan pada harga fisiologis dari pada larutan yang didapar. Antara isotonis dan euhidri terdapat kaitan yang terbatas dalam hal tersatukannya secara fisiologis. Yakni jika satu larutan mendekati kondisi isotonis, meskipun tidak berada pada harga pH yang cocok masih dapat tersatukan tanpa rasa nyeri.
f. Viskositas dan aktivitas permukaan 
Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat ditekan keluar dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata. Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata menurun. Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan keratokonjunktifitis. Sebagai peningkat viskositas digunakan metal selulosa dan polivinilpiroridon (PVP).
Obat tetes mata anti glaukoma
Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan. 
Salah satu obat yang dapat digunakan sebagai anti glaukoma adalah obat adrenergik seperti epinefrin (0,25 – 2%), fenilefrin (2,5 - 10%), dan lain-lain. Obat-obat adrenergik ini tidak menimbulkan siklopegia. Epinefrin, dengan dosis yang lebih kecil dari fenilefrin, efektif digunakan sebagai obat glaukoma.
Epinefrin digunakan untuk mengurangi tekanan intraokuler pada penderita glaukoma sudut lebar berdasarkan efek vasokonstriksi lokal yang menyebabkan pembentukan cairan mata berkurang.
Pembahasan :pasien dengan penderita glaukoma memiliki kelebihan cairan pada bola mata yang menyebabkan mata membengkak. Karena itu digunakan obat mata hipertonis, sehingga cairan yang ada di mata ditarik dari yang hipotonis ke hipertonis 
SEDIAAN PENCUCI MATA
Kolirium atau cairan pencuci mata adalah sediaan berupa larutan steril jernih, bebas jasad renik, isotonis, digunakan untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet (Formularium Nasional Edisi II, Hal 310).
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih, masukkan dalam wadah, tutup dan sterilkan. Alat dan wadah yang digunakan dalam pembuatan kolirium harus bersih dan steril. 
Kolirium memiliki nilai isotonis yang ekivalen dengan natrium klorida 0,9 %. Batas toleransi terendah setara dengan natrium klorida 0,6 % dan batas tertinggi setara dengan natrium kolrida 2,0 % tanpa gangguan yang nyata. Nilai pH air mata normal lebih kurang 7,4. Range pH untuk larutan mata yang masih di perbolehkan adalah 4,5 – 9. ( FI IV, Hal 13 ). Nilai pH air mata normal + 7,4. Range pH untuk larutan mata yang masih diperbolehkan adalah 4,5 – 9,0 (FI IV hal. 13). 
Persyaratan bagi obat cuci mata adalah :
1. Nilai isotonisitas
Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai larutan Natrium Klorida 0,9 %. 
2. Pendaparan
Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 oleh karena itu sistem dapar harus dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologis.
3. Steril
Untuk zat aktif tahan panas, sterilisasi akhir dengan autoklaf. Jika memungkinkan, penyaringan membran.
4. Pengawet 
Untuk cuci mata takaran ganda.
5. Persyaratan lain adalah jernih (Farmakope Indonesia Ed IV, hal.13)
Pencuci mata untuk mata merah bengkak
Mata merah,bengkak dan berair dapat disebabkan karena terinfeksi jamur atau bakteri,atau bisa juga disebabkan karena adanya luka didalam mata sehingga mata teriritasi dan menimbulkan mata merah,bengkak dan berair. Larutan pencuci mata Asam borat ini berkhasiat sebagai fungistatik dan bakteriostatik sehingga dapat mengobati mata merah, berair dan bengkak.
Pencuci mata anti fungi
Mata yang terinfeksi oleh jamur atau bakteri bisa menyebabkan mata menjadi merah, bengkak dan berair. Hal ini dapat diatasi dengan larutan pencuci mata dengan asam borat sebagai zat aktif. Dimana asam borat berkhasiat sebagai fungistatik dan bakteriostatik lemah serta natrium borat sebagai pendapar juga bisa sebagai antibakteri sehingga dapat mengobati iritasi pada mata. 




Obat tetes mata atropin sulfat/midriatik
FARMAKOLOGI
Atropin sulfat menghambat M. constrictor pupillae dan M. ciliaris lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotopobia, sedangkan siklopegia menyebabkan hilangnya daya melihat jarak dekat.
FARMAKODINAMIKA
Sesudah pemberian 0,6 mg atropin SK padamulanya terlihat efek terhadap kelenjar eksokrin, terutama hambatan salivasi, serta efek bradikardi sebagai hasil perangsangan N. vagus. Mula timbulnya midriasis tergantung dari besarnya dosis
Obat tetes mata sulfasetamid Na
Obat tetes mata dengan zat aktif sulfasetamid Na berkhasiat sebagai antibakterial,dosis yang umum digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 10% (DI hal 2613). 
Obat tetes mata neomisin sulfat
Obat tetes mata dengan zat aktif Neomycin sulfat berasal dari Streptomyces Fradie Waksman (familia Streptomycetaceae) yang berkhasiat sebagai antibakteri sehingga dapat melawan infeksi mata.
Obat tetes mata anastetik local
(tetrakain hidroklorida)
Anastetik lokal adalah obat yang dapat menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Anastetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen. Kebanyakan anastetik lokal memenuhi syarat ini. Batas keamanan harus lebar, mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anastetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan. Salah satu anastetik lokal yang dapat digunakan secara toikal pada mata adalah Tetrakain Hidroklorida. Untuk Pemakaian topikal pada mata digunakan larutan Tetrakain Hidroklorida 0,5%. Kecepatan anastetik Tetrakain Hidroklorida 25 detik dengan durasi aksinya selama 15 menit atau lebih.

Obat tetes mata betametason natrium
Betametason termasuk golongan kortikosteroid, dapat mengatasi gejala inflamasi mata bagian luar maupun pada segmen anterior. Obat dapat diberikan pada kantung konjungtiva yang akan mencapai kadar terapi dalam cairan mata, sedangkan pada gangguan bagian mata posterior lebih baik diberikan sistemik. Pada konjungtivitis karena bakteri, virus atau fungus, obat ini dapat menimbulkan masking effect sehingga infeksi dapat menjalar ke dalam dan menimbulkan kebutaan. Hal yang membahayakan ini sering terjadi pada pemberian kombinasi dengan antibiotik. Obat ini tidak boleh digunkan pada herpes simpleks mata (dendritis keratitis), karena dapat memperburuk keadaan dan menimbulkan kekeruhan kornea yang menetap. Pada laserasi dan absrasio mata akibat trauma mekanik, kortikosteroid topikal dapat memperlambat penyembuhan dan menyebarkan infeksi. (Farmakologi dan Terapi, hal: 497)
Obat tetes mata tetrasiklin hcl
Tetrasiklin merupakan antibiotik paling luas spektrumnya, aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia dan protozoa tertentu. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air,tetapi bentuk garam Natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering bentuk garam HCL tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam bentuk larutan tetrasiklin sangat labil jadi cepat berkurang potensinya.
Obat tetes mata hidrokortison asetat
Hidrokortison adalah suatu hormon glukokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal, hidrokortison memiliki khasiat farmakologi sebagai anti radang, misalnya akibat trauma, alergi dan infeksi. Hidrokortison juga memiliki daya immunosupresi dan anti alergi. Hidrokortison dapat dibuat sebagai sediaan tetes mata untuk mengobati proses peradangan seperti radang pada selaput mata, selaput bening, dan pinggir kelopak mata (conjungtivitis, creatitis, blepharitis). (OOP 728)
Hidrokortison asetat bersifat tidak larut dalam air sehingga hidrokortison asetat dibuat sediaan suspense obat mata untuk mengobati inflamasi pada mata. Bentuk sediaan suspense dapat meningkatkan waktu kontak obat dengan kornea, sehingga memberikan kerja lepas lambat yang lebih lama (ANSEL 562).

Obat tetes mata na diklofenak
Sediaan obat mata yang sering digunakan adalah sediaan tetes mata karena dianggap lebih mudah dan nyaman digunakan. Zat aktif yang digunakan dalam percobaan adalah 
Natrium diklofenak yang berkhasiat sebagai antiinflamasi setelah operasi katarak
Obat tetes mata sebagai miotika 
(pilokarpin hcl)
Pilokarpin HCl dibuat sedian tetes mata karena berfungsi sebagai miotik untuk pengobatan glaucoma. Sediaan tetes mata merupakan sediaan dosis ganda sehingga diperlukan bahan pengawet seperti Benzalkonium klorida
Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat peninggian tekanan intraokuler, yang bila cukup lama dan tekanannya cukup tinggi dapat menyebabkan kerusakan anatomis dan fungsional. Pilokarpin HCl merupakan bahan obat yang khas digunakan pada mata (opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil (miotika) 
Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid tumbuhan, yang bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit memperlihatkan sedikit efek nikotinik sehingga dapat merangsang kerja kelenjar air mata dan dapat menimbulkan miosis dengan larutan 0,5 - 3%. Obat tetes mata dengan zat aktif Pilokarpin berkhasiat menyembuhkan glaukoma dan mata kering. Dosis Pilokarpin yang paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 1 – 4% (DI Hal. 2680).
Obat tetes mata tetrahydrozolin hcl
anti iritasi dan alergi
Obat tetes mata dengan zat aktif Tetrahydrozolin HCl berkhasiat menyembuhkan secara simtomatis edema konjungtiva, hyperemia sekunder yang disebabkan alergi mata, iritasi ringan dan konjungtivitis katarak. Efek penyembuhan termasuk iritasi terbakar, iritasi mata, rasa gatal, rasa sakit dan mata berair yang berlebihan. 
Dosis Tetrahydrozolin HCl paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 0,05% 
(DI hal 2704). 
Obat tetes mata epinefrin HCL
Epinefrin HCL secara topikal digunakan untuk mengurangi tekanan intraokuler penderita glaukoma sudut lebar berdasarkan efek vasokonstriksi lokal yang menyebabkan pembentukan cairan mata berkurang.
Obat tetes mata NaCl dan KCl
Sediaan ini berkhasiat untuk menjaga isotonisitas dan karekteristik sel.
Obat tetes mata difenhidramin hcl
Untuk sediaan larutan topikal biasanya mengandung 1-2% difenhidramin HCL. Obat tetes mata difenhidramin HCL merupakan suatu larutan obat mata yang dapat melawan peradangan karena sebab-sebab mekanis, kimia atau imunologik.difenhidramin merupakan suatu antihistamin golongan etanolamin yang dapat digunakan untuk pengobatan reaksi hipersensitifitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih . pada beberapa orang reaksi hipersensitifitas pada mata yang disebabkan oleh alergi dari luar ( misalnya : debu,asap). Tanda yang terlihat pada reaksi hipersensitifitas atau masuknya alergi dari luar berupa mata perih dan gatal.


Obat tetes mata gentamisin HCl
Gentamisin sistemik diindikasikan untuk infeksi oleh kuman gram negatif yang sensitif antara lain E coli, serratia, klebsiela,pseudomonas, proteus.(farmakologi dan terapi edisi 4 hal 674 ) 
Obat tetes mata polimiksin B sulfat
Polimiksin B sulfat aktif terhadap berbagai kuman negatif terutama Ps.aeruginosa . obat ini bekerja dengan mengganggu fungsi pengaturan osmosis oleh membran sitoplasma kuman. Jarang terjadi resisten pada antibiotik ini .
Obat tetes mata timolol maleat
Sediaan tetes mata yang mengandung timolol maleat dibuat untuk digunakan pada pengobatan penyakit glaucoma dan ocular hipertensi. Glaucoma adalah peningkatan tekanan intraoculer akibat produksi cairan yang berlebihan. Biasanya sediaan yang dibuat diinginkan menyerupai atau meniru fungsi dari air mata, sehingga dibuat senyaman mungkin untuk mata.
Obat tetes mata polivinil alkohol
Sediaan tetes mata yang mengandung polivinil alkohol ini dibuat untuk digunakan pada mata yang kering sehingga membutuhkan lubrikasi.
Obat tetes untuk mata kering
(NaCl)
Ditambah pengental (PVA) untuk meningkatkan viskositas dan berguna untuk memperpanjang durasi kontak di mata. Jika hanya NaCl, NaCl mudah keluar sehingga waktu kontak di mata hanya sebentar. Karena ditambah PVA dan benzalkonium klorida maka konsentrasi NaCl harus diturunkan agar diperoleh sediaan mata yang isotonis



PREFORMULASI TETES MATA
Benzalkonium Klorida 
(Hand Book of Pharmaceutical Excipient, hal.27)
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuning-kuningan bisa sebagai gel yang tebal atau seperti gelatin, bersifat higroskopis dan berbau aromatis dan rasa sangat pahit.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter.
OTT : aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.
Stabilitas : bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oleh cahaya, udara dan bahan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan rentang temperatur yang lebar. Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang lama dalam suhu kamar.
Konsentrasi : dalam sediaan preparat mata, benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,01%-0,02%, biasanya dikombinasi dengan 0,1%w/v disodium edetat.
Kegunaan : pengawet, antimikroba.
Sterilisasi : autoklaf
Ph : 5-8 untuk 10%w/v larutan
Wadah : tertutup rapat dan terhindar dari cahaya.
Natrium Edetat 
(Hand Book of Pharmaceutical Excipient hal 178)
Pemerian : Serbuk kristal putih tidak berbau dengan sedikit rasa asam
Kelarutan : Larut dalam air (1:11), Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, larut dalam etanol (95%)
pH : 4,3-4,7 dalam larutan 1% air bebas CO2
Kegunaan : Untuk mencegah kontaminasi dengan logam
Stabilitas : Sangat higroskopis dan harus dilindungi dari kelembaban
OTT : dengan pengoksidasi kuat, dan ion logam polifalen seperti tembaga, nikel, Na EDTA merupakan asam lemah dan bereaksi dengan logam membentuk hidrogen.
Sterilisasi : autoklaf
Penyimpanan : harus disimpan diwadah bebas alkali, tertutup rapat dan ditempat sejuk dan kering.
Konsentrasi : 0,005-0,1% w/w sebagai chelating agent
Kegunaan : sebagai chelating agent
Sodium metabisulfit
(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 451)
Pemerian : Tidak berwarna, berbentuk kristal prisma atau serbuk kristal berwarna putih hingga putih kecoklatan yang berbau sulfur dioksida dan asam. 
Kelarutan : Agak mudah larut dalam etanol, mudah larut dalam gliserin, dan sangat mudah larut dalam air.
Kegunaan : Antioksidan
Konsentrasi : 0,01 – 1,0 %
pH : 3,5 – 5,0
Stabilitas : Teroksidasi secara perlahan dalam udara panas dan lembab
Penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk dan kering
OTT : derivat alkohol, kloramfenikol, dan fenil merkuri asetat
Sterilisasi : Otoklaf
Ekivalensi : 0,7
Carboxymethylcellulose Sodium (CMC Na)
(pharmaceutical excipient ed 2 hal 78)
Pemerian : serbuk granul berwarna putih atau hamper putih, tidak berbau.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam aseton, etenol, eter, dan toluene. Mudah terdispersi dalam air dalam segala temperature.
pH : 6,0-8,0
stabilitas : higroskopis
OTT : tidak tercampurkan dengan larutan asam kuat, dan larautan garam dari besi dan logam lain.
Kegunaan : suspending agent
Konsentrasi : 0,25-1,0%

Sterilisasi : otoklaf
Natrium Fosfat Monobasa : NaHPO4 
(Excipient hal 457)
Pemerian : Kristal putih; tidak berbau.
Kelarutan : mudah larut dala air; sangat mudah larut dalam etanol.
Fungsi : dapar
pH : 4,1- 4,5
OTT : Aluminium, kalsium, garam magnesium.
Stabilitas : dengan pemanasan pada suhu 100° C akan kehilangan air kristal.
Cara sterilisasi : dalam larutan dapat disterilkan dengan otoklaf.
Natrium Fosfat Dibasa ( Na2HPO4 ) 
( Exp Hal : 454 )
Pemerian : Serbuk putih atau kristal putih atau hampir putih, tidak berbau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih larut dalam air panas, praktis tidak larut dalam etanol.
Ph : 9,1
Stabilitas : Higroskopis dengan pemanasan pada suhu 100°C akan kehilangan air kristal.
OTT : Alkaloid, antipirin, kloral hidrat, pirogalol, resorsinol, kalsium glukonat.
Sterilisasi : Dengan otoklaf atau filtrasi.
(Martindale 28th)
Penyimpanan : wadah tertutup baik. Di tempat sejuk dan kering..
Diklofenak Sodium 
(Martindale ed.35 hal.38)
Rumus molekul : C14H10Cl2NNaO2
BM : 318,1
Pemerian : Serbuk kristal putih sampai hampir tidak berwarna, sedikit higroskopis.
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol, sedikit larut dalam aseton, sangat mudah larut dalam metil alkohol.
pH : 1% larutan dalam air adalah antara 7,0 dan 8,5
Stabilitas : Simpan diwadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Khasiat : Antiinflamasi setelah operasi katarak
Dosis : 1 mg/ml = 0,1%
OTT : asam asetil salisilat dan obat-obat non steroid anti inflamasi lainnya.
Sterilisasi : Filtrasi
Atropin sulfat midriatik
(FI IV hal 115-6)
Rumus molekul : (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O
Bobot molekul : 694,84 (anh = 676,82)
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; mengembang di udara kering; perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih; mudah larut dalam gliserin.
Dosis : untuk dilatasi (pelebaran) pupil pada pengobatan radang akut: 1-2 tetes 0,5%-1% (3x1). (DI 88 hal 1566)
Cara penggunaan : secara parenteral
Volume isotonik : 1gr Atropin sulfat dalam 14,3 ml
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
E NaCl : 0,13
pH=3,5-6
sterilisasi: autoklaf (martindale 28 hal 292)
Stabilitas Waktu paruh atropin sulfat dalam larutan tetes mata adalah 1 jam pada pH 6,8.
Gentamisin SO4
( Martindale, hal.1166 )
Pemerian : Serbuk putih sampai dengan kuning
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol, dalam aseton, kloroform, eter dan dalam benzene.
pH : 6,5 – 7,5 (untuk tetes mata)
Wadah dan penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas.
OTT : incompatible dengan amfoterisin, setalosponn, eritromisin, heparin, penisilin, Na Bikarbonat, sulfadiazine Na. ketika Gentamisin diberikan bersamaan dengan karbenzilin/penisilin lainnya, administrasinya pada posisi yang berbeda disarankan.
Stabilitas : Stabil pada suhu 25oC selama 7 hari.
Khasiat : Antibakteri
Konsentrasi : 0,3 %
Sterilitas : filtrasi
Asam Borat
( DI 88 hal. 2011, Martindale 28 hal. 337 )
Pemerian : Serbuk kristal putih, rasa agak pahit dan lama kelamaan rasa manis, berbau lemah.
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 20 bagian air, 16 bagian alkohol, 4 bagian gliserol, sedikit larutan dalam minyak, praktis tidak larut dalam eter.
pH : 3,8 – 4,8
OTT : Polivinil alkohol dan tanin.
Sterilisasi : Otoklaf atau Filtrasi.
Konsentrasi : 1% (Steril Dossage form hal. 359)
Khasiat : Fungistatik, bakteriostatik lemah, mata merah berair, bengkak, gatal pada kelopak mata
ENaCl : 0,50 ( Sprowls hal. 187 )
L : 2
Stabilitas : Pada suhu 100ºC akan kehilangan air dan pada suhu 140ºC akan berubah menjadi asam metabolik.
NATRIUM BORAT
(Martindale 28 hal. 337)
Pemerian : Hablur transparan, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau
Konsentrasi : 0,01% - 0,5%
€ NaCl : 0,42 (Sprowls hal.189)
L : 7,6
pH : 9 – 9,6 (larutan 4% dalam air)
Khasiat : Pendapar dan antibakteri
Stabilitas : Stabil dalam air dan suhu kamar
OTT : Garam alkaloid merkuri klorida, zink sulfat dan garam metalik lain
Sterilisasi : Autoklaf dan filtrasi
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 20 bagian air, 1 bagian larut dalam 1 bagian air mendidih, larut dalam gliserin, praktis tidak larut dalam etanol.
Neomycin sulfat
(FI IV hal. 606, Martindale 28 hal. 1188, DI 88 hal. 2604)
Pemerian : Serbuk putih sampai agak kuning atau padatan kering mirip es, tidak berbau atau praktis tidak berbau, higroskopik, larutannya memutar bidang polarisasi ke kanan.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam aseton, kloroform dan dalam eter
.
Dosis : 0,35% (DI 2003 hal 2604) ; 0,5 % (ISO)
Khasiat : Anti bakteri
pH : antara 5,0 – 7,5
OTT : Golongan anionik, sodium lauryl sulfat.
Ekivalensi : 0,14
Cara sterilisasi : Filtrasi
Stabilitas : Neomisin peka terhadap oksidasi udara. Setelah penyimpanan selama 24 bulan tidak terjadi kehilangan potensi (masih 99% dari potensi asli). Serbuk neomisin sulfat stabil selama tidak kurang dari3 tahun pada suhu 20°C. Neomisin sulfat dapat juga dipanaskan pada suhu 110°C selama 10 jam (yakni selama sterilisasi kering), tanpa kehilangan potensinya, meskipun terjadi perubahan warna. Neomisin cukup stabil pada kisaran pH 2,0 sampai 9,0. Menunjukkan aktivitas optimumnya pada kira-kira pH 7,0.
Lain-lain : Penambahan Natrium edetat untuk menghambat oksidasi udara neomisin nampaknya mempertinggi degradasi neomisin padasuhu 100°C. Penambahan Natrium metabisulfit 0,5%b/v dan propilenglikol 5% v/v, menurunkan degradasi neomisin sulfat pada suhu 81°C. Setelah diotoklaf pada suhu 121°C selama 20 meni, larutan neomisin dengan konsentrasi 0,5; 1 dan 10% tetap mempertahankan potensi yang ada.
(Stabilitas kimiawi sediaan farmasi, Connors hal 525-532)
Polimiksin B Sulfat 
(FI IV hal. 685-686, martindale 28 hal. 1204)
pemerian : serbuk putih sampai kekuning-kuningan, tidak berbau sampai berbau khas lemah
kelarutan : mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
pH : 5-7,5
kegunaan : untuk antiinfeksi di mata, meliputi konjungtiva dan kornea yang disebabkan oleh organisme Pseudomonas aeruginosa
dosis : 10.000-25.000 units/ml (DI 88 hal 1518)
stabilitas : larutan polimksin dalam air mempunyai pH 5-7,5 dapat disimpan selama 6-12 bulan tanpa mengalami penurunan potensi pada suhu 2o-8o C. kurang stabil pada pH basa karena menjadi tidak aktif (DI 88 hal 1516)
OTT : asam kuat, larutan alkali, amfoterisin β, kloramfenikol, Na. suksinat, penisilin, prednisolon, magnesium, kobalt, mangan, dan besi
Sterilisasi : filtrasi
Betametason Natrium Fosfat
(Martindale 28 hal 462; FI IV hal 140)
Pemerian : serbuk, putih hingga praktis putih ,tidak berbau;higroskopik
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam metanol; praktis tidak larut dalam aseton, kloroform 
pH : 
Larutan 0,5% dalam air mempunyai pH = 7,5 - 9.
Stabilitas : Sediaan larutan dalam air dengan pH=8 stabil jika terhindar dari cahaya.
Dosis : 0,1%
Cara sterilisasi : Filtrasi
Khasiat : Antiinflamasi
Tetrasiklin hidroklorida
( FI IV hal 779, Martindel 28 hal 1217-1222)
Pemerian : serbuk hablur, kuning, tidak berbau, agak higroskopis
Kelarutan : Larut dalam air, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan karbonat, sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter.
Dosis : 1% ( martindel 28 hal 1221)
Sterilisasi : Radiasi sinar γ
Khasiat :Antimikroba (antibakteri)
Ekivalen NaCl : 0,12 
OTT : dalam larutan alkali hidroksida, Na. bikarbonat, CaCl2, Ca-glukonat
PH : 1,8-2,8
Stabilitas : stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya matahari yang kuat dalam udara lembab menjadi gelap. Adanya asam sitrat dapat meningkatkan degradasi dari tetrasiklin HCl menjadi tetrasiklin anhidrat . larutan dalam air tetrasiklin menjadi keruh karena mengalami hidrolisis dan tetrasiklin mengendap
Penyimpanan : dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap, tidak tembus cahaya. 
TIMOLOL MALEAT 
(FI IV hal 791; Drug Information 2003 hal 2720; Martindale ed 33 hal 982)
Pemerian : Serbuk, putih atau hampir putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam metanol; agak sukar larut dalam kloroform dan dalam propilen glikol; tidak larut dalm eter dan dalam sikloheksana.
Dosis : Untuk terapi glaucoma dua kali sehari 1 tetes dari 0,25 % larutan tetes mata. Bila perlu untuk mengurangi tekanan intraocular, dosis dapat dinaikkan yaitu dua kali sehari 1 tetes dari 0,5 % larutan tetes mata (Drug Information hal 2721)
pH : sampai dengan 12
Stabilitas : Larutan timolol maleat stabil sampai pH 12. Secara umum larutan ophthalmic timolol dilindungi dari cahaya dan disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu 15-300 dan dilindungi dari suhu es.
Kegunaan : untuk terapi glaucoma dan ocular hipertensi.
Sterilisasi : Larutannya dalam air dapat disterilkan dengan otoklaf 
Penyimpanan : pada wadah tertutup rapat pada suhu 15-300, terlindung dari cahaya dan suhu es.
Tetrahydrozolin Hidroklorida
( DI 88 hal 1589)
Rumus molekul : C13H16N2.HCl
Bobot molekul : 233.74
Pemerian : Padatan putih, tidak berbau, melebur pada suhu lebih kurang 256°C, disertai peruraian.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol sangat sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter.
Stabilitas :tersimpan dalam wadah tertutup rapat
Dosis : 0,05 % 1- 2 tetes( DI hal 1590 ) 
Khasiat : Mengatasi iritisi ringan pada mata
pH : 5,8 – 6,5
Ekivalensi : 0,28
Cara sterilisasi : Otoklaf
Sulfasetamid Na 
(FI IV Hal 746, DI Hal 2613, Martindale Hal 250 )
Rumus moleku : C8H9N2Na O3S.H2Ol
Bobot molekul : 254,24 dan 236,22 (anhidrat)
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan kloroform.
Dosis : 10% – 30% 
Khasiat : mengobati infeksi pada konjungtiva dan kelopak mata, mencegah infeksi sekunder akibat luka yang disebabkan oleh benda asing yang berasal dari industri, konjungtivitas akut, traukoma.
pH : 8 – 9,5
Ekivalensi : 0,23
Cara sterilisasi : aseptik
Polivinil Alkohol
( Martindale ed 33 hal 1503; Excipient hal 491-492, BP 2007 hal 1686 )
Pemerian : Serbuk putih, hingga berwarna krem, atau .serbuk granul.
Kelarutan : Larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam aseton.
Dosis : 
Untuk mata yang kering 1,4 % (dengan atau tanpa povidon) (Martindale ed 33 hal 1503)
Untuk formulasi tetes mata 0,25-3,00 % 
(ExciP hal 491)
pH : 4,5-6,0 (4% w/v aquaeous solution) Ph. Eur
5,0-8,0 (4% w/v aquaeous solution) BP, USP
Stabilitas : Polivinil alkohol stabil pada wadah yang resisten terhadap korosi, dapat ditambahkan pengawet, mengalami degradasi lambat pada 100 °C dan sangat cepat pada 200 °C. Terhidrolisis total pada 228 °C, dan sebagian pada 180-190 °C.
Kegunaan : Sebagai stabilizing agent, penambah viskositas.
OTT : dapat bereaksi dengan gugus hidroksi sekunder, seperti reaksi esterifikasi. Terdekomposisi pada asam kuat, dan sedikit pada asam dan basa lemah. Pada konsentrasi tinggi inkompatibel dengan garam anorganik, terutama sulfat dan fosfat, dapat membentuk gel jika larutan mengandung borax.
Sterilisasi : Larutannya dalam air dapat disterilkan dengan otoklaf 
Penyimpanan : pada tempat yang tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering.
Pilokarpin HCl 
(Martindale Hal. 1724)
Pemerian : Hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau, rasa agak pahit, higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sukar larut dalam kloroform, tidak larut dalam eter.
Dosis : 1 – 4% (DI 88 hal 1564))
Khasiat : Glaukoma dan mata kering 
Sterilisasi : Kalor basah 
pH : 3,5 – 5,5 
Ekivalensi : 0,24
Stabilitas : Disimpan pada wadah kedap udara, terlindung dari cahaya dan pada suhu 2 - 8˚C.
Hidrokortison Asetat 
(FI IV hal 436, DI 2003 hal 2647; 3412, Martindale 28 hal 474)
Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga praktis putih, tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 220˚ disertai peruraian.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform.
pH : 6-8
Stabilitas : Hindari dari cahaya.
Kegunaan : untuk mengobati proses peradangan.
Sterilisasi : radiasi dengan sinar gamma
Dosis : 10-25 mg
Difenhidramin HCl
( FI III hal 228 , DI 2003 hal 24 , martinedale hal 521 )
Berat molekul :291,82
pemerian : serbuk hablur , putih , tidak berbau rasa pahit disertai rasa kebal 
kelarutan : mudah larut dalam air , dalam etanol dan dalam kloroform , sangat sukar larut dalam aseton 
kegunaan : antihistamin 
stabilitas : stabil pada suhu penyimpanan 15-30C
OTT : amphotericin B, cefmetazole sodium ,cefalotin sodium , hidrokortison sodium , succinate , larutan alkali dan asam kuat 
pH : larutan 5 % dalam air pH 4-6 
penyimpanan : dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya 
sterilisasi : autoklaf atau filtrasi 
Epinefrin HCl = Adrenalin (Martindale hal 1-2)
Pemerian : Putih atau putih krim, berbau lemah, serbuk kristal atau granul, perlahan menjadi gelap oleh paparan cahaya.
Titik lebur : Sekitar 212oCdengan dekomposisi
Kelarutan : Larut dalam air, sangat mudah larut dalam larutan asam mineral, larutan asam borat dan pada larutan natrium atau kalium hidroksida, praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform, eter, petroleum, paraffin cair, bahan-bahan organik lainnya, larutan ammonia atau basa karbonat dan campuran volatile oil. 
OTT : Dengan basa, besi, perak, Zn, dan logam-logam lainnya.
Wadah : Kedap udara, lebih baikudara yang dapat digantikan oleh nitrogen, terlindung oleh cahaya. 
Stabilitas : Potensial kadar berkurang setelah penyimpanan lebih dari 6 tahun, pada ruangan gelap, larutan adrenalin mudah mengalami degradasi oleh O2. Oksidasi dapat dicegah dengan penambahan metabisulfit, penigkatan okdida dapat terjadi apabila terpapar cahaya. Stabilitas optimum dengan penambahan natrium metabisulfit. 
Sterilisasi : Filtrasi atau autoklaf 
pH : 5,5 – 7,6 
Ekivalen : 0,29 (Sprowls hal. 188)
Dosis : 1 – 2 tetes dari 1 atau 2% larutan, sekali atau dua kali sehari. 
Khasiat : Antiglaukoma
Tetrakain Hidroklorida 
(FI IV : 778).
Pemerian :
Serbuk, hablur halus, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit diikuti rasa kebas, bersifat hidrokopis. Larutan bersifat netral terhadap lakmus.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dlm air, larut dalam etanol
Stabilitas : PH 3,7-6 Simpan pada wadah tertutup rapat dengan temperatur tidak lebih dari 40ºC. (DI 2003: 2674 )
Ekivalen NaCl : 0,18 (Prescription Pharmacy : 190)
Sterilisai : Filtrasi Secara Aseptis
Khasiat : Anastetik Lokal
Dosis : 0,5 % (DI 88 hal 1554)
Cara Penggunaan : Tetes Mata

FORMULA OBAT MATA
LARUTAN CUCI UNTUK MATA MERAH, BERAIR, BENGKAK
Tiap 10 ml mengandung
Asam borat 1g
Dinatrii edetat 5mg
Natrium klorida 10mg
Benzalkonium klorida 1 μg
Aqua p.i ad. 10 ml
Perhitungan W dari zat aktif yang ditambahkan
BM Asam borat = 203,7
E Asam borat : 17 x L = 17 x 3,4 = 0,2838
M 203,7 
E Na EDTA : 0,20
E benzalkonium klorida : 0,16
Asam borat :0,2838 x 0,125% = 0,035%
Na EDTA : 0,2 x 0,125% = 0,025%
Benzalkonium klorida : 0,16 x 0,0125% = 0,004% 
Total : 0,064%
NaCl yang ditambahkan : 0,9%-0,064% = 0,836%
Penimbangan
Dibuat 6 botol = 6 x 60 ml = 360 ml
V = 360 ml + (10% x 360 ml) = 396 ml
Larutan yang dibuat : 400 ml
Asam borat : 0,125% x 400 ml = 0,5 g = 500 mg
Benzalkonium klorida : 0,025% x 400 ml = 0,1 g = 100 mg
NaCl : 0,8363% x 400 ml = 3,34 g = 3340 mg
Na EDTA : 0,125% x 400 ml = 0,5 g = 500 mg
Latar Belakang :
§ Zat aktif yang dipilih adalah Asam borat karena mudah larut dalam air dan mempunyai khasiat sebagai fungistatik dan antibakteri sehingga diharapkan dapat mengatasi mata bengkak,berair dan mata merah.
§ Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet yang bermanfaat untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme selama pemakaian, karena merupakan dosis ganda.
§ NaCl digunakan sebagai pengisotonis untuk meningkatkan kenyamanan penggunaannya.
§ Dinatrium edetat digunakan sebagai agen pengkelat untuk mengikat ion logam-logam yang berasal dari wadah gelas, selain itu wadah gelas berkapur dapat membebaskan logam yang dapat mengkatalisis hidrolisis zat aktif menjadi tidak stabil, selain itu juga preparat mata tidak boleh mengandung logam.
§ Karena ketidakstabilan zat aktif terhadap cahaya maka wadah yang digunakan adalah botol coklat.
§ Uji sterilitas menggunakan teknik penyaringan dengan filter membran karena sediaan ini mengandung pengawet.
LARUTAN CUCI MATA ASAM BORAT, ANTIFUNGI, GATAL PD KELOPAK MATA
Formula jadi
Asam borat 1,116 g
Natrium borat 0,191 g
NaCl 0,26 g
Aqua pro injeksi ad 100 ml
Latar belakang
1. Asam borat dipilih sebagai zat aktif karena berkhasiat sebagai antibakteri dan fungistatik.
2. Na borat dipilih sebagai pendapar sehingga pH larutan mendekati pH normal mata yaitu 7,4.
3. Formula ini menggunakan NaCl sebagai zat pengisotonis sehingga tidak menyebabkan iritasi pada mata.
4. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dalam sediaan ini.
Perhitungan tonisitas
E NaCl Asam borat = 0.50 ( Sprowls, Hal 187 )
E NaCl Natrium borat = 0,42 ( Sprowls, Hal 189 )
V = [ ( W1 x E1 ) + ( W2 x E2 ) + ( W3 x E3 ) ] x 111,1
= [ ( 1,116 x 0,50 ) + ( 0,191 x 0,42 ) + ( 0,26 x 1 ) ] x 111,1
= 99, 7922 ml
% tonisitas = 99,7922 ml x 0,9 % = 0,8981 %
100 ml
Perhitungan Volume
Dalam 1 batch berisi 2 botol
V = ( v x n ) + 10 % ( v x n )
= (100 x 2) + 10 % (100 x 2)
= 200 + 20 
= 220 ml
Perhitungan Bahan – Bahan
- Asam borat = 1,116 g x 220 ml = 2,455 gram
100 ml
- Natrium borat = 0,191 g x 220 ml = 0,42 gram
100 ml 
- NaCl = 0,26 g x 220 ml = 0,572 gram
100 ml
- Aqua pro injeksi ad 220 ml
Penimbangan
- Asam borat = 2,455 gram
- Natrium borat = 0,42 gram
- NaCl = 0,572 gram
OBAT MATA Na DIKLOFENAK
Formula jadi
Diklofenak sodium 0,1%
Benzalkonium klorida 0,02 %
Na EDTA 0,1 %
NaCl 0,858%
Aqua pro injeksi ad 10 mL
Yuki’S
Diklofenak sodium 0,1%
Benzalkonium klorida 0,02 %
NaCl qs
Aqua pro injeksi ad 10 mL
LATAR BELAKANG PEMILIHAN FORMULA
1. Dosis yang dipakai 0,1% karena merupakan dosis yang dapat memberikan efek antiinflamasi.
2. Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet yang berguna untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme selama pemakaian, karena merupakan sediaan dosis ganda.
3. Dinatrium edetat digunakan sebagai agen pengkelat untuk mengikat ion logam-logam yang berasal dari wadah gelas, selain itu wadah gelas berkapur dapat membebaskan logam yang dapat mengkatalisis hidrolisis zat aktif sehingga menjadi tidak stabil, selain itu preparat mata juga tidak boleh mengandung logam.
4. NaCl digunakan sebagai pengisotonis untuk meningkatkan kenyamanan penggunaannya.
5. Karena ketidak stabilan zat aktif terhadap cahaya maka wadah yang digunakan adalah botol coklat.
6. Uji sterilitas menggunakan teknik penyaringan dengan filter membran karena sediaan ini mengandung pengawet.
OBAT MATA MENGANDUNG ATROPIN SULFAT
Formula dasar (Fornas hal 32):
Atropin Sulfat 100 mg
Natrii Chloridum 70 mg
Benzalkonii Chloridum 2 µl
Dinatrii Edetas 5 mg
Aqua pro Injectione ad, 10 ml
Formula rencana :
Atropin sulfat 0,5%
NaCl q.s.
Benzalkonium klorida 0,02%
Na EDTA 0,05%
Aqua pro Injeksi ad 10ml
Formula Yuki’S
Atropin sulfat 1% (DI 88 hal 1566)
NaCl q.s.
Benzalkonium klorida 0,01%
Aqua pro Injeksi ad 10ml
Latar belakang pemilihan formula dan cara pengerjaan:
1. Ditambahkan Benzalkonium klorida sebagai pengawet karena sediaan tetes mata ini dosis ganda.
2. Pengawet yang digunakan adalah Benzalkonium klorida karena tidak mengiritasi mata dan umum digunakan.
3. Sediaan akhir disterilisasi dengan otoklaf 121°C selama 15 menit karena atropin sulfat hanya mengembang diudara kering bukan di udara yang mengandung uap air.
TETRASIKLIN HCl
Formula dasar ( martindel 28 hal 1221)
Tiap 10ml mengandung
Tetrasiklin x g
Pengisotonis y g
Pelarut ad x ml
Rencana formula
Tiap 10ml mengandung :
Tetrasiklin HCl 1%
NaCl 0,9%
Aqua P.i ad 10ml
Formula Jadi
Tiap 10ml mengandung:
Tetrasiklin Hcl 1%
Aqua P.i ad 10ml
Wadah : dalam botol 10ml
Rute pemberian : tetes mata
Alasan pemilihan formula:
• Sediaan dibuat dalam bentuk suspensi rekonstitusi karena Tetrasiklin tidak stabil dalam air.
• Dosis Tetrasiklin HCl yang digunakan sebanyak 1% dimaksudkan untuk pengobatan antimikroba pada mata
• NaCl digunakan sebagai pengisotonis karena sediaan yang dihasilkan hipotonis, sementara sediaan tetes mata diupayakan isotonis..
Pembuatan : di LAF
Dibuat 6 botol, masing-masing botol berisi 10ml
Volume = 6 x { volume + (10% x volume )}
= 6 x {10ml + (10%x 10ml )}
= 66ml
Perhitungan Tonisitas
E Tetrasiklin HCl = 0,12
Wtetrasiklin hcl = 1g / 100ml x 10ml
= 0,1g
V = {∑ ( W x E)tetrasiklin} x 111,11
= ( 0,1 x 0,12) x 111,11
= 1,33332 mL
% Tonisitas = (1,33332mL / 10ml) x 0,9%
= 0,11999% → Hipotonis
Maka perlu penambahan Pengisotonis ex : NaCl
W = 0,9% – 0,11999%
= 0,78%
Penimbangan ( untuk 66ml)
• Tetrasiklin HCl : 1% x 66ml = 0,66g
= 660mg
• NaCl : 0,78% x 66ml = 0,5148 g 
= 514,8 mg
POLIVINIL ALKOHOL
Formula Dasar 1: (Martindale ed 28 hal 376)
© Polivinil alkohol 1,4 %
© NaCl 0,9 %
© Thiomersal 0,001 %
(Sterilisasi dengan otoklaf 120° 30 menit)
Formula Dasar 2:
(http://www.patentstorm.us/patents/5800807-description.html)
   
  Constituent % w/w
  ______________________________________
  Glycerin 1.0
  Propylene glycol 0.5
  HPMC 1.0
  Boric acid 0.300
  Sodium borate 0.035
  NaCl 0.096
  KCl 0.097
  Edetate disodium 0.030
  Benzalkonium chloride 0.021
  Purified water q.s. to 100%
  ______________________________________
Catatan: HPMC dapat di ganti Polivinil alkohol (penambah viskositas)
Formula Pilihan:
ü Polivinil alkohol 1,4 %
ü Benzalkonium Cl 0,013 %
ü Disodium Edetat 0,1 %
ü Aqua pi ad 10 ml
Benzalkonium klorida: Sebagai pengawet, dikombinasikan dengan disodium edetat untuk meningkatkan aktivitasanti mikroba benzalkonium klorida. 
Yuki’S
Formula 
Poli vinil alcohol 1,4 % ( Martin 28 hal 376)
Thiomersal 0,001 % ( cairan air mata)
NaCl q.s
Aqua pi ad.10 ml
Pembuatan : autoklaf 121 derajat 15 menit
Perhitungan:
Polivinil alcohol è bukan elektrolit è L =1,9
Thiamersal : elektrolit uni-univalen è L = 3,4
TETES MATA BETAMETASON NATRIUM
Betametason natrium fosfat 0,1%
Benzalkonium klorida 0,01%
Dapar fosfat pH 8,0 ad 10 ml
(wadah botol tetes mata @ 10 ml)
Latar belakang pemilihan:
1. Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet. Fungsinya untuk mencegah rekontaminasi mikroorganisme selam pemakaian, karena merupakan sediaan dosis ganda.
2. Digunakan dapar fosfat isotonis pH = 8,0, karena diketahui larutan betametason natrium fosfat stabil dalam air pH= 8,0.
3. Teknik sterilisasi yang dipilih adalah aseptis karena betametason termasuk kedalam golongan hormon steroid yang tidak stabil terhadap pemanasan.
Yuki’S
Tetes Mata Betametazon Na( Martindale 28 hal 462)
- Betametazon Na.Fosfat 0,1 %
- Benzalkonium Cl 0,01%
- NaCl q.s
- Aqua pi ad. 10ml
pembuatan : aseptic 
Sterilisasi : LAF
Perhitungan:
Betametason Na.Fosfat E= 17x 4,3
---- = 0,14
516,4 
Tonisitas = (0,1% x 0,14 ) + ( 0,02 % x 0,16)
= 0,0172 %
%NaCl = 0,9%-0,0172% = 0,8828g/100ml
Untuk 10 ml 
= 10 ml x 0,8828 g = 0,08828 g
100 ml 
NEOMISIN SULFAT
Formula dasar (Sterile Dosage Forms hal 381)
Neomisin Sulfat 10 %
Sodium metabisulfit 0,1%
Aqua p.i ad 10 ml
Formula rencana
Neomisin Sulfat 0,5 %
Sodium metabisulfit 0,5 %
Benzalkonium klorida 0,01 %
NaCl q.s
Aqua p.i ad 10 ml
Yuki’S
Tetes mata mengandung Neomisin SO4 (2 botol)
Formula jadi
Neomisin SO4 35 mg 
( ~ Neomisin) (Martindale 25 hal 1191 )
Benzalkonium klorida 0,01 %
Aqua pi ad 10 ml
Sterilisasi : Oven 98 º- 100º selama 30 menit
Neomisin SO4 ( Uni – divalen )
710,6 mg x 35 mg = 40,5 mg → 0,405 % 
614,6 mg
Perhitungan ekuivalen :
Neomisin SO4 = 710,6 mg
Neomisin = 614 mg
E= 17 x 4,3 = 0,103
710,6mg
Tonisitas = ( 0,405 % x 0,103 )+ ( 0,01 % x 0,16 )
= 0,0433 %
% NaCl = 0,9 % - 0,0433 % = 0,8567 % 
% 10 ml = 10 x 0,8567 = 0,0857 g NaCl
100
TETRAHIDROZOLIN HCl
FORMULA Dasar (ISO)
Tetrahydrozolinn HCl 0,05 %
Benzalkonium klorida 0,01 %
Asam Borat q.s
Aqua p.i ad 10 ml
Dasar pemilihan formula:
1. Tetrahydrozolin HCl 0,05 %, karena volume normal air mata dalam mata 7 µl,dan mata yang, tidak berkedip dapat memuat paling banyak 30 µl sedangkan pada obat tetes mata biasanya 1-2 tetes (50-100 µl), jadi tetesan obat, dimasukkan kebanyakan akan hilang, hingga dipilih konsentrasi maksimum yaitu 0,05% yang diharapkan dapat memberikan efek maksimum untuk mengatasi iritasi mata.
2. Dipilih benzalkonium klorida sebagai pengawet karena benzalkonium klorida adalah salah satu pengawet yang mempunyai aktivitas antirmikroba dengan spektrum luas. Dosis yang umum dipakai pada sediaan tetes mata adalah 0,01%.
3. Asam borat digunakan sebagai larutan dapar isotonis
Yuki’S
Formula jadi
Tetrahidrozolin HCl 0,05%
Benzalkonium klorida 0,01%
NaCl qs
Aqua pi ad 10 ml
Latar Belakang :
-Tetrahidrozolin HCl memberikan efek secara lokal sehingga diharapkan memberikan efek sebagai antialergi dan anti iritasi secara cepat dengan konsentrasi 0,05%
#Dosis :0,01-0,05% (Martindale P33, DI P 2703)
#Pembuatan : otoklaf
GENTAMISIN SO4
FORMULA
Gentamisin SO4 0,3 %
NaCl 0,38 % 
Benzalkonium klorida 0,02 %
Na. Metabisulfit 0,1 %
Na. EDTA 0,1 %
Aqua Steril ad 10 ml
YUKI’S
Sediaan tetes mata Gentamisin sulfat DI 88 P. 1513
Gentamisin sulfat 0,3 % ( setara dengan gentamisin)
Benzalkonium Cl 0,01% ( E = 0,16)
NaCl q.s
Aqua pi ad.10 ml
Pembuatan : aseptic ( filtrasi)
Gentamisin sulfat => L= 4,3 (uni divalen)
E = 17. 4,3
-----
M
Dosis Gentamisin Sulfat
= BM Gentamisin SO4
----------------------------- X Dosis gentamisin
BM Gentamisin 
TETES MATA NaCl + KCl
Formula rencana 
Pilokarpin HCl 1%
Benzalkonium klorida 0,01%
NaCl 0,6584%
Aqua steril ad 10mL
YUKI’S
NaCl 0,44%
KCl 0,08%
Benzalkonium klorida 0,02%
Aqua pi ad 10 ml
Untuk cairan pengganti cairan mata
Sterilisasi akhir : Otoklaf
PILOKARPIN
Pilokarpin HCl 2 %
NaCl 0,3581 g
Dinatrii edetat 0,05 %
Benzalkonium klorida 0,01 %
Aqua p.i ad 10 ml
Dasar pemilihan formula :
1. Pemilihan dosis Pilokarpin sebesar 2% karena konsentrasi teresebut masih masuk dalam rentang dosis yang tertera pada literatur (1 – 4%)
2. Dipilih Benzalkonium klorida sebagai pengawet karena Benzalkonium klorida adalah satu pengawet yang mempunyai aktivitas antimikroba dengan spektrum luas selain itu Benzalkonium klorida tidak OTT terhadap zat aktif (pilokarpin HCl) dan bahan pembantu lainnya.
3. NaCl dipilih sebagai bahan pengisotonis, karena NaCl tidak OTT tterhadap zat lainnya. Dan NaCl merupakan zat yang aman digunakan untuk sediaan tetes mata.
4. Dinatrii edetat dipilih sebagai chelating agent. Dengan penambahan Dinatrii edetat dapat memperlama durasi zat aktif kontak dengan mata.
Yuki’s
Untuk glaukoma (Pilokarpin)
Formula jadi : 
( Formula dasar Martindale 28 hal 1045)
Tiap 10 ml mengandung :
Pilokarpin HCl 1 %
Benzalkonium klorida 0,02 %
Dinatrium Edetat 0,05 %
Borax 0,1 %
NaCl qs
Aqua pi ad 10 ml
Sterilisasi : Otoklaf 121 ºC, 15 menit 
Latar Belakang :
Borax sebagai buffer, karena pada data stabilitas yang tercantum (Connors hal 565) menganjurkan pendaparan larutan pilokarpin untuk mata pada pH 4-5 untuk stabilitas obat yang optimal dan absorbsi obat pada kornea.
Dinatrii edetas sebagai agent perkelat karena untuk mengikat logam yang mungkin ada dari alat-alat, karena wadah gelas dapat membebaskan alkali yang dapat mengkatalisis hidrolisis pilokarpin sehingga 
TIMOLOL
Rencana Formula :
 Timolol maleat 0,5%
 Benzalkonium Klorida 0,013%
 Disodium edetat 0,1%
 Aqua steril ad 5 ml
Perhitungan Tonisitas :
E NaCl Timolol Maleat 
= 17 L = 17 x 1,9 = 0,0747
M 432,5
Timolol = 0,5% x 0,0747 = 0,03735 %
Benzalkonium Cl = 0,013 % x 0,16 = 0,00208%
Disodium Edetat = 0,1% x 0,23 = 0,02300 % +
0,06243%
Dari perhitungan di atas, maka diketahui bahwa rencana formula tersebut bersifat hipotonis. 
Maka NaCl yang ditambahkan agar isotonis (0,9%) = 0,9%-0,06243% 
= 0,83757%
Formula Pilihan:
 Timolol maleat 0,5%
 Benzalkonium Klorida 0,013%
 Disodium edetat 0,1%
 Aqua steril ad 5 ml
Yuki’S
Tetes mata Timolol maleat untuk glaukoma 
( Martindale 28 hal 1351 )
Timolol maleat 0,05 g
Benzalkonium klorida 0,0001 g
NaCl q.s
Aqua pi ad 10 ml
Sterilisasi : Autoklaf
Dosis 0,25 % - 0,5 %
SULFASETAMID Na
Sulfasetamid Na 10 %
Na pirosulfit 0,1 %
Phenilhidrargin nitras 0,002% 
Dinatrii edetas 0,01%
Aqua p.i ad 10 ml
Dasar pemilihan formula:
1. Digunakan Sulfasetamid Na sebagai zat berkhasiat sebesar 10% karena volume normal air mata dalam mata 7 µl,dan mata yang, tidak berkedip dapat memuat paling banyak 30 µl sedangkan pada obat tetes mata biasanya 1-2 tetes (50-100 µl), jadi tetesan obat, dimasukkan kebanyakan akan hilang, 
2. Dipilih Na Pirosulfit sebagai antioksidan karena sulfasetamid Na tidak stabil terhadap cahaya dan mudah teroksidasi sehingga warnanya dapat berubah.
3. Fenilmerkuri nitras digunakan sebagai pengawet, untuk mencegah berkembangnya atau masuknya mikroorganisme dengan tidak sengaja yang masuk ke dalam larutan ketika wadah terbuka selama pemakaian.
4. Dinatrii edetas digunakan sebagai dapar untuk menjamin kestabilan obat
Yuki’S
Tetes Mata Sulfasetamid. Na
Formula jadi :
Sulfasetamid Na 10 %
Na. Metabisulfit 0,1 %
Dinatrium Edetat 0,1 %
Benzalkonium Cl 0,02 %
Latar Belakang :
Na. Metabisulfit : digunakan sebagai antioksidan & untuk menghindari terjadinya pengendapan dari Sulfacetamid Na.
Dinatrium Edetat untuk meminimalkan terjadinya perubahan warna yang mungkin terjadi pada saat pemanasan dan penyimpanan.
Pada sediaan tetes mata tidak digunakan dapar dan pengisotonis, karena penggunaan tetes mata kurang dari 10 ml sehingga tidak diperlukan larutan yang isotonis dan isohidris.
Larutan tetes mata ini dapat segera diencerkan oleh cairan mata.
ANTI ALERGI DAN IRITASI
Tiap 10 ml mengandung :
Tetrahydrozolin HCl 0.05 %
Benzalkonium klorida 0,01%
Aqua pi ad 10 ml
Dasar pemilihan formula :
• Tetrahydrozolin HCl 0.05%, dipilih konsentrasi tersebut karena volume normal air dalam mata 7μl dan mata yang tidak berkedip dapat memuat paling banyak 30 μl sedangkan pada pemakaian obat tetes mata biasanya 1-2 tetes (50-100μl) jadi tetesan obat yang dimasukkan kebanyakan akan hilang hingga dipilih konsentrasi maksimum yaitu 0,05% yang diharapkan dapat memberikan efek maksimum untuk mengatasi anti iritasi dan alergi mata
• Tetrahydrozolin HCl sebagai zat aktif, digunakan sebagai alergi dan anti iritasi. Dipilih tetrahydrozolin HCl karena lebih mudah larut dalam air dan dengan konsentrasi yang kecil sudah dapat memberikan efek. Tetrahydrozolin HCl juga memberikan efek secara lokal bukan sistemik hingga diharapkan efeknya akan cepat tercapai
• Dipilih benzalkonium klorida sebagai pengawet karena benzalkonium klorida adalah salah satu pengawet yang mempunyai aktivitas antimikroba dengan spectrum luas. Dosis yang umum dipakai pada sediaan tetes mata adalah 0,01%.
Yuki’s
Tetes mata Tetrahidrozolin HCl
Formula jadi
Tetrahidrozolin HCl 0,05%
Benzalkonium klorida 0,01%
NaCl qs
Aqua pi ad 10 ml
Latar Belakang :
Tetrahidrozolin HCl memberikan efek secara lokal sehingga diharapkan memberikan efek sebagai antialergi dan anti iritasi secara cepat dengan konsentrasi 0,05%
#Dosis :0,01-0,05% (Martindale P33, DI P 2703)
#Pembuatan : otoklaf
OBAT TETES ANESTETIK LOKAL
Tiap botol ( 10 ml ) mengandung :
Tetrakain Hidroklorida 0,5 %
Benzalkonium Klorida 0,01 %
NaCl 0,8084 %
Aquadest ad 10 ml
Dasar Pemilihan Formula
• Tetrakain Hidroklorida digunakan secara topikal pada mata sebagai anastetik lokal dengan dosis 0,5 %. Kecepatan anastetik Tetrakain Hidroklorida adalah 25 detik sehingga dapat dengan cepat menimbulkan efek anastetik yang diinginkan dan mempunyai durasi aksi selama 15 menit atau lebih.
• Dipilih benzalkonium klorida sebagai pengawet karena benzalkonium klorida adalah salah satu pengawet yang mempunyai aktivitas antimikroba dengan spektrum luas dan dengan kelarutan sangat mudah larut dalam air. Dosis yang umum dipakai pada sedian tetes mata adalah 0,01 %.
• NaCl ditambahkan karena formula yang dibuat hipotonis jadi untuk membuat sediaan isotonis perlu ditambahkan NaCl
Yuki’S
CAIRAN PENGGANTI AIR MATA
Rancangan Formula Dasar 
© Polivinil alkohol 1,4 %
© Benzalkonium Cl 0,01 %
© Dapar fosfat Ph 7,4 ad 10 ml 
( Wadah botol tetes mata @ 10 ml )
(Sterilisasi dengan otoklaf 120° C 30 menit)
PERHITUNGAN TONISITAS 
Pembuatan dapar fosfat isotonis PH 7,4 ad 90 ml
Larutan NaH2PO4 0,8 % 
= 0,8 x 90 ml = 0,72 g = 720 mg ad 90 ml aq pi
100
Larutan Na2HPO4 0,947 % 
= 0,947 x 90 ml
100
= 0,8523 g 
= 852,3 mg ad 90 ml aq pi 
Jadi dapar fosfat isotonis PH 7,4 terdiri dari :
Lar NaH2PO4 0,8 % = 20 ml x 90 ml = 18 ml
100 ml
Lar Na2HPO4 0,947 % = 80 ml x 90 ml = 72 ml
100 ml
NaCl 0,44 g / 100 ml 
= 0,44 g x 90 ml = 0,396 g = 396 mg
100 ml
Pembuatan dapar fosfat 
NaCl + 18 ml Lar NaH2PO4 + 72 ml Lar Na2HPO4, campur ad homogen
Formula Jadi : 
Tiap ml mengandung :
ü Polivinil alkohol 1,4 %
ü Benzalkonium Cl 0,01 %
ü Dapar fosfat PH 7,4 ad 10 ml
Yuki’S
Formula 
Poli vinil alcohol 1,4 % ( Martin 28 hal 376)
Thiomersal 0,001 % ( cairan air mata)
NaCl q.s
Aqua pi ad.10 ml
Pembuatan : autoklaf 121 derajat 15 menit
Perhitungan:
Polivinil alcohol è bukan elektrolit è L =1,9
Thiamersal : elektrolit uni-univalen è L = 3,4
ANTI GLAUKOMA
Formula I Formula II
Epinefrin HCl 1 % Epinefrin HCl 1 %
Benzalkonium klorida 0,01 % Benzalkonium klorida 0,01 %
Edetat dinatrium 0,1 % Edetat dinatrium 0,1 %
Na. Metabisulfit 0,5 % Na. Metabisulfit 0,1 %
NaCl q.s NaCl q.s
Aqua pro injeksi ad 10 ml Aqua pro injeksi ad 10 ml
Usulan formula 
Epinefrin HCl 1 %
Benzalkonium klorida 0,01 %
Edetat dinatrium 0,1 %
Na. Metabisulfit 0,5 %
NaCl q.s
Aqua pro injeksi ad 10 ml

Wadah : botol tetes mata
Volume : 10 ml 
Dosis : 1 - 2 tetes, sekali atau dua kali sehari
Pemakaian : Diteteskan pada mata
Alasan pemilihan formula 
1. Epinefrin digunakan sebagai antiglaukoma karena dengan dosis yang kecil efektif untuk mengobati glaucoma dan tidak menimbulkan siklopegia. Epinefrin yang digunakan adalah epinefrin HCl karena larut dalam air. 
2. Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet karena obat tetes mata ini dengan pemakaian dosis ganda. Selain itu benzalkonium klorida stabil pada rentang pH yang lebar. 
3. Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan untuk mencegah oksidasi pada epinefrin HCl (Martindale hal.1291, Handbook of excipient hal. 451) 
4. Edetat dinatrium digunakan sebagai sinergis anti oksidan untuk meningkatkan kerja anti oksidan Na. metabisulfit. Dapat menstabilkan epinefrin. Dan memilik efek anti mikroba denggan dikombinasi dengan pengawet lain seperti benzalkonium klorida. 
5. NaCl. Ditambahkan karena formula yang dibuat hipotonis jadi untuk membuat sediaan tersebut menjadi isotonis atau hipertonis diperlukan NaCl. 
Perhitungan tonisitas 
E epinefrin = 0,29 
E Na.metabisulfit = 0,67 
E benzalkonium klorida = 0,16 
E Na.edetat = 0,23
Epinefrin = 0,29 x 1% = 0,29 % 
Na. metabisulfit = 0,67 x 0,5 % = 0,335 %
Benzalkonium klorida = 0,16 x 0,01 % = 0,0016%
Na. edetat = 0,23 x 0,1 % = 0,023% 
% Tonisitas 
= 0,29 + 0,335 + 0,0016 + 0,023 = 0,6496 
“ Maka perlu ditambahkan NaCl sebagai pengisotonis.”
Yuki’s
Tetes mata Epinefrin
Formula jadi
Epinefrin bitartrat 1% (Martindale P4)
Na. Metabisulfit 0,1%
Benzalkonium Cl 0,01%
Asam borat 1,3%
Aqua p.i ad 10 ml
L.B. : sterilisasi : otoklaf
Indikasi : u/ mengurngi tekanan intraokular dalam glaukoma yg ringan
Dosis : 1g dalam 100 ml (!%)
Perhitungan :
E Epinefrin bitartrat = 0,18%
E Na metabisulfit = 0,61%
E Benzalkonium Cl = 0,16%
E Asam borat = 0,5%
Asam borat 1,3% didapat dari :
= 0,9% - [(1% x 0,18) +(0,1% x 0,61) + (0,01% x 0,16)]
=0,6574%
Jadi = 0,6574/0,5 x 1% = 1,3% 
(digunakan u/ mengisotonis larutan)
MIDRIATIK
Contoh Formula (Martindale 28 hal 292): 
Atropin Sulfat 1 g
Natrium Klorida 700 mg
Benzalkonium Klorida 0,02 ml
Dinatrum Edeta 50 mg
Aqua pro injeksi ad 100 ml
Rancangan Formula:
Atropin Sulfat 1 %
NaCl qs
Benzalkonium Klorida 0,02 %
Dinatrium Edeta 0,05 %
Aqua pro injeksi ad 10 ml
Latar belakang pemilihan formula:
1. Atropin Sulfat dipilih sebagai zat aktif yang ,empunyai khasia untuk menimbulkan efek midriasis.
2. NaCl digunakan untuk membuat larutan menjadi isotonis, sehingga tonisitas larutan obat sama dengan tonisitas cairan mata sehingga tidak menimbulkan rasa perih saat penggunaaan.
3. Benzalkonium Korida digunakan karena merupakan salah satu pengawet larutan untuk mata, yang mempunyai aktivitas antimikroba dengan spektrum yang luas dan juga pada sediaan ini menggunakan dosis ganda.
4. Dinatrium Edeta digunakan sebagai zat pengkelat karena untuk mengikat logam-logam yang mungkin ada dari bahan-bahan, alat-alat atau pada pembuatan dan juga karena preparat mata tidak boleh mengandung logam.
5. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut karena bahan-bahan yang digunakan larut dalam pelarut ini.
Yuki’S
Tetes mata fenilefrin HCl
Formula jadi
Fenilefrin HCl 10% (u/ org dws)
Benzalkonium klorida 0,01%
Sodium sitrat 0,3%
Natrium metabisulfit 0,1%
Aqua p.i ad 10 ml
Latar Belakang :
Indikasi : midriatik, dosis : 0,1-10%
Dekongestan konjungtiva
Sodium sitrat : 
untuk mengadjust pH/buffering agent (0,3-2%)
Natrium metabisulfit : 
antioksidan (mudah teroksidasi)
Sterilisasi : otoklaf 121ºC, 15 menit
Obat tetes mata mengandung atropine sulfat ( 2 botol)
*) formula jadi
Atropine SO4 1% (DI.1566)
Benzalkonium Cl 0,01%
NaCl q.s
Aqua pi ad 10 ml
latar belakang
- Atropin SO4 untuk menimbulkan efek midriasis mata pada pemeriksaan retina, kornea
& pengukuran refraktif mata.
- Benzolkonium Cl sebagai pengawet
- NaCl : pengisotonis
*) Sterilisasi : Autoklaf
NB : digunakan 1 tetes 1 jam sebelum pemeriksaan.
POLIMIKSIN
FORMULA
Polimiksin B Sulfat 15.000 unit/ml
Benzalkonium C l 0,01%
NaCl qs
Aquadest ad 10 ml
Perhitungan tonisitas
Polimiksin 
= = 
= 1,5 gr/100ml
Isotonis = 1,5 % x 0,09 = 0,135%
Benzalkonium = 0,01 x 0,16 = 0,0016%
Jadi NaCl yang dibutuhkan agar isotonis 
= 0,9% - (0,135 + 0,0016)
= 0,9% - 0,1366%
= 0,7634%
Formula jadi
Polimiksin B Sufat 1,5%
Benzalkonium Klorida 0,01%
NaCl 0,7634%
Aquadest ad 10ml
Yuki’S
Tetes mata Polimiksin
Polimiksin B sulfate 100.000 units ( DI 1516 )
Benzalkonium klorida 0,01 %
NaCl q.s
Dapar Fosfat pH 6,4 ad 10 ml ( FI IV 1144 )
Latar Belakang
- Polimiksin B sulfat sbg zat aktif u/ infeksi mata
- Dapar Fosfat pH 6,4 , krn pd pH alkali tidak stabil. Stabil pd pH 5 – 7,5 ( DI 88 hal 1516 )
- Larut harus digunakan tidak lebih dari 3 hari ( karena lebih stabil pd keadaan kering )→ dibuat rekons ( Martindale 28 hal 1204 )
1 mg Polimiksin & Sulfat ~ 10.000 units
Jadi = 100.000 unit x 1 mg = 10 mg
10.000 unit
* E polimiksin = 17 x L = 17 x 4,3
M ?
Teknik Pembuatan Aseptis ( LAF )
Zat padat → radiasi γ
ZnSO4
Yuki’S
*) Tetes mata ZnSO4
Formula ( E NaCl = 0,15)
ZnSO4 0,25 % (martindale 28 P 945)
Fenil merkuri borat 0,01 %
Aqua pi ad 10 ml.
MATA KERING
RANCANGAN FORMULA : 
NACL 0,9%
PVA 0,25%
BENZALKONIUM KLORIDA 0,01%
AQUA PRO INJEKSI AD.10 ML
LATAR BELAKANG PEMILIHAN :
• NACL BERSIFAT ISOTONIK DAN BERGUNA UNTUK MEMBERSIHKAN ORGAN TUBUH DAN JARINGAN TUBUH LAINNYA TERMASUK MATA, OLEH KARENA ITU UNTUK MENGATASI MATA KERING DAPAT DIPAKAI CAIRAN NACL 0,9% YANG ISOTONIS YANG HAMPIR SAMA DENGAN CAIRAN PADA MATA. 
• PVA BERSIFAT MENINGKATKAN VISKOSITAS CAIRAN OBAT SEHINGGA OBAT DAPAT BERTAHAN LEBIH LAMA DI MATA. MAKA DALAM PEMAKAIANNYA DIHARAPKAN TIDAK TERLALU SESERING MUNGKIN.
• BENZALKONIUM KLORIDA DIGUNAKAN KARENA LEBIH AMAN DAN LEBIH SPESIFIK UNTUK OBAT TETES MATA DIBANDING PENGAWET LAIN TAPI TIDAK BOLEH DIGUNAKAN UNTUK OBAT YANG MENGANDUNG ANESTESI LOKAL. BENZALKONIUM KLORIDA JUGA MERUPAKAN SALAH SATU ZAT TAMBAHAN UNTUK MENSTABILKAN LAPISAN LEMAK PADA MATA DAN MEMBRAN EPITEL KORNEA.
NB. NACL NYA KONSENTRASINYA DIKURANGI AJA.KARENA PVA DAN BENZAL BS NAEKIN TONIITAS
Tetes mata Hidrokortison Asetat ( martindale 28 hal 475)
Yuki’S
Hidrokortison asetat 0,5 %
Na CMC 0,05% 
Fenilmerkuri nitrat 0,002 %
NaCl ad.10 ml
*Pembuatan Tehnis Aseptis ( Filtrasi)
Untuk radang mata ringan – sedang
Perhitungan :
- Hidrokortison asetat elektrolit lemah => L=2
E NaCl hidrokortison asetat (elektrolit lemah) 
= 17 L/M = 17 X 2/404,5 = 0,084
ENaCl Phenylmercury nitrat( uni di valen) 
= 17x 4,3/634,45 = 0,12
% = (0,5 % x 0,084) + ( 0,002 % x 0,12) 
= hipotonis 
% NaCl = 0,9 % - 0,042% = 0,858 %
Gr NaCl = 0,0858 gr
Ampul digoksin ( obat gagal jantung) (iv)
Digoksin 250µg ( martin hal 537)
Alcohol 10 % ( DI 88 hal 676)
Propilen glikol 40 %
Aqua pi ad 1 ml
Penimbangan ( 10 ampul)
V = ( n+2 ) v + (2x3)
= (10 + 2) 1,1 +( 6)
= 19,2 ml ~ 20 ml 
Digoksin = 2902 /1ml x 250 µg = 5000µg = 5 mg
Pengenceran :
Timbang 10 mg digoksin dilarutkan dalam 10 ml pelarut campur alcohol 10 %
Propilen glikol 40 % dan air 50 %
Lalu,Pipet 5 ml masukkan ke dalm campuran pelarut yang sama sebanyak 15 ml
Pembuatan sterilisasi akhir: autoklaf
Tetes mata yang mengandung neomisin SO4
Neomisin SO4 35 mg (~ neomisin) 
( martindale 1191)
Benzalkonium Cl 0,01 % 
NaCl q.s
Aqua pi ad 10 ml
Pembuatan : oven 98 - 100® C, 30 mnt
BM neomisin = 614,6
BM Neomisin SO4 = 710,6
710,6/614,6 x 35 mg = 40,5 mg
E NaCl neomisin sulfat = 17 x4,3/710,6 = 0,103
Penimbangan:
Neomisin SO4 = 35 mg = 0,035 g
Benzalkonium Cl = 0,01/100 x 10 = 0,001 g = 1 mg
V= [ ( 0,040 x 0,103) + ( 0,001 x 0,16 )] x111,1
= 0,481 ml
% = 0,0481/10 ml x 0,9% = 0,0433 % 
% NaCl = 0,9% - 0,0433 % = 0,857%
NaCl = 0,0857 gr
OBAT TETES MATA DIFENHIDRAMIN HCl
Rencana formula
Difenhidramin HCl 1%
NaCl 0,9%
Benzalkonium Cl 0,01%
Aqua steril ad 10 ml
Formula jadi
Difenhidramin HCl 1%
Benzalkonium Cl 0,01%
NaCl 0,78%
Aqua steril ad 10 ml
MIOTIKA
Formula dasar 
Pilokarpin HCl 1%
Benzalkonium klorida 0,01%
NaCl q.s
Aqua steril ad 10mL
PERHITUNGAN TONISITAS
Nilai ekivalensi bahan yang digunakan
Bahan Ekivalensi
Pilokarpin HCl 0,24
Benzalkonium klorida 0,16
Natrium klorida 1,00
Pilokarpin HCl = 1% x E Pilokarpin HCl = 1 % x 0,24
= 0,24 %
Benzalkonium klorida 
= 0,01% x E Benzalkonium klorida
= 0,01% x 0,16
= 0,0016%
NaCl = 0,9% - 0,24% - 0,0016%
= 0,6584%
Formula rencana 
Pilokarpin HCl 1%
Benzalkonium klorida 0,01%
NaCl 0,6584%
Aqua steril ad 10mL
Injeksi Vit D → IM, 
u/difensiasi Vit D, Malabsorbsi 
(yuki punya, ampul)
Vit D 250 µg ( DI 88 hal 2115 )
BHT 0,03 %
Oleum Arachidis ad 1 ml
Pembuatan Aseptis
Sterilisasi bahan : zat aktif + BHT → radiasi γ
Oleum arachidis → oven
Wadah : Ampul Coklat aliri gas inert